akhirnya bisa melanjutkan tulisan kedua dalam seri arjuna mengejar cinta dewi rara ireng.. selamat menikmati dan membaca.. wkwkwk
“sudahlah Prabu,
tentang perjodohan ini biarlah ditangan Rara Iraeng sendiri. Kita tidak usah
ikut campur. Sebab genenrasi yang akan datang yang nantinya meneruskan memipin
negeri ini akan lahir dari pasangan ini”, tandas Prabu Kresna lugas.
“Generasi yang akan
datang akan lahir dari generasi hari ini. Kalau generasi hari ini generasi yang
mlempem terus mau dibuat apa ?. Maka yang paling cocok untuk jodoh Rara ireng
adalah orang yang ulet, terampil dan semangat juang tinggi. Bukan orang yang
manja dan malas – malasan, hanya bisa perintah sana perintah sini, tidak pernah
mengerti bagaimana rasanya jadi orang bawah.
Akankah kita serahkan nasib generasi masa depan kerajaan ini kepada
orang yang tidak bertanggung jawab ?”, prabu kresna mencoba menggiring opini
pemilihan arjuna sebagai pasangan untuk rara ireng.
“kamu mau
mengatakan kalau Buri Sworo iku pemalas dan tidak tanggung jawab ?”, Baladewa
semakin murka.
“ maaf, prabu. Izin
memberi penjelasan sedikit saja”, Pandito durna coba menengahi permaslahan yang
ada.
“Ada apa Durna ?”,
kresna keheranan.
“Bahwa sesungguhnya
jodoh itu ada perhitungannya. Tidak sembarangan. Ingat itu. Perhitungan
berdasarkan hari kelahiran pasangan. Rara ireng lahir pada hari kamis,
sedangkan arjuna lahir hari selasa. Maka tidak cocok, bisa mati muda salah satu
pasangan itu nanti “.
“kamis itu cocoknya
dengan yang lahir hari minggu. Buri Srowo itu lahir pada hari minggu. Cocok.
Bukan begitu sengkuni ?”, Durna memang
seorang yang ahli dalam perwetonan. Biasaya menjadi rujukan orang kampung
sebelum menjodohkan anak mereka.
“ohh.. salah kalau itu.. lihat di negeri seberang sana. Presiden
Republik Indonesia iku, Pak Harto. Lahir hari selasa. Dan istrinya bu tin,
lahir hari kamis. Lihat, pak harto bisa jadi presiden 32 tahun, hartanya berlimpah.
Salah htungan mu. Gak valid”, bantah setyaki merasa diatas angin.
“Jodoh iku tidak
ada hubungannya dengan hari kelahiran. Hidup, mati, rezeki, jodoh itu sudah
ditetapkan allah sebelum manusia itu lahir di dunia. Jadi tidak ada hubungannya
dengan hari kelahiran. Itu yang dinamakan Qodho. Tapi manusia juga harus berusa
dalam mencapainya, ada sesuatu yang masih dirubah dengan mengikuti sunatullah.
Itu yang dinamakan dengan Takdir”,
Setyaki yang dari awal diam akhirnya gatal juga untuk ngomong.
“jangan mengada –
ngada mu, durna. Kamu belajar ilmu itu dari mana ?. tidak ada dasarnya hal itu
!”, gertak setyaki untuk menciutkan nyali durna.
Sekita durna diam,
tertegun dengan apa yang telah disampaikan oleh setyaki. Memang selama ini
belum ada survey yang menjamin mati orang yang menikah dengan pasangan yang
lahir pada hari kamis dan selasa. Sangat mengada – ada masyarakat itu. Apalagi
yang sudah berada di zaman modern ini masih banyak orang yang percaya kan hal
tersebut.
Akhirnya semikn
tidak menemui hasil pembicaran ini, karena ikut campurnya durna dan setyaki
dalam perbincangan hari ini. Meskipun sebenarnya merak tidak punya kepetingan
dengan hal ini. Suasana semakin memanas, Prabu Baladewa ingin segera memutuskan
bahwa rara ireng harus dijodohkan dengan
Buri Srowo.
Perdebatan itu
berakhir sampai akhirnya datanglah dewi kunti yang bermaksud untuk
menyampaikan kegundahan yang selama ini dihadapainya. Masalah yang tak lain
adalah keinginan Arjuna untuk menikahi Dewi rara ireng yang merupakan adek dari
Kresna dan Prabu baladewa. Tentu pasangan yang sangat beda kasta ini membuat
dewi kunti, janda dari Pradu Punthadewa yang tidak meninggalkan warisan binggung. Arjuna yang memang tidak se level
dengan dewi rara ireng, dewi rara ireng
berdarah ningrat sedangkan arjuna adalah orang miskin yang hanya punya
kelebihan wajah yang tampan. Arjuna adalahs bagi dewi rara ireng. anak yatim,
tidak pantas bagi dewi rara ireng.
Namun perlu kau ketahui, bahwa arjuna tiak akan menyerah begitu saja
untuk mendapatkan dewi rara ireng. Sekarang dia bekerja keras untuk mengumpulkan uang demi melamar
dewi rara ireng, memang aku t sanggup untuk menikahkan arjuna dengan mahar yang
banyak. Maka berikanlah waktupada arjuna untuk membuktikan kesungguhan cintanya
pada dewi rara ireng.
Mendengar perkataan dewi kunti sambil terisak tanggis, Prabu baladewa
tidak terpengaruh sama sekali. Tik halnya dengan kresna yang berhati lembut. Mendengar
hal tersebut, Prabu Baladewa mukannya memerah, dengan nada tinggi dia berkata
pada kunti. “ Bibi kunti, saya menghargai kerja keras Arjuna untuk membuktikan
cintanya kepada adikku , si rara ireng. Tapi perlu diketahui bibi, dewi rara
ireng sudah aku jodohkan dengan adik ipar ku, Buri Srowo, yang kaya lagi
berkuasa. Saya tawarkan solusi kepada bibi dan arjuna. Kalau bibi tidak mampu
menikahkan arjuna dengan mahar yang banyak, maka saya akan berikan uang pada
bibi agar mampu menikahkan arjuna dengan orang lain dengan mahar yang banyak. Arjuna
yang bermuka tampan tentu tak sulit untuk
mencari wanita lain diluar sana. Bukankah masih banyak perempuan diluar sana”.
“ bibi tidak usah bermimpi untuk menikahkan arjuna dengan dewi rara
ireng, sebab aku yang menjadi wali rara ireng. Akan menikahkan rara ireng
dengan Buri Srowo. Tidak bisa diganggu gugat”.
Mendengar perkataan Prabu baladewa dengan sedikit marah tersebut, dewi
kunti dengan masih terisak tangsi lari meninggalkan halaman kerajaan Ndarawati.
Sedangkan Kresna yang ingin mencegah kepergiaan bibinya dihalangi oleh Prabu
baladewa.
Dewi rara ireng yang dari tadi melihat perdebataan dipelataran dari
serambi kerajaan tak sanggup menahan marah kepada kakaknya Prabu Baladewa. Dia langsung
menghampiri kedua kakaknya yang ada di halaman, dengan isak tangis yang tak
terbendung, rara ireng menyampaikan isi hatinya kepada kakaknya Prabu Baladewa.
“Kakang tidak pernah mengerti isi hati adeknya. Kakak hanya menjadi
pesuruh, babu dari adik iparnya dengan mengorbankan adik kandungnnya sendiri. Kakak
tidak tahu, kalau aku tidak cinta sama sekali pada buto jelek si Buri Srowo. Aku
hanya cinta pada arjuna. Kakang yang seharusnya menjadi panutan malah tidak
menjadi contoh yang baik pada adeknya. Aku tidak sudi mempunyai kakang seperti
kamu. Lebih baik aku mati saja”.
Dewi rara ireng langsung masuk kedalam kerajaan lagi dan mengurung diri
di kamarnya. Melihat kejadian tersebut dan merenungi kata adenya si rara ireng.
Baladewa langsung termenung dan mata
meneteskan air mata penyesalan. Halaman kerajaan seketika sunyi, kedua kakak
itu hanya diam seribu bahasa.
0 comments:
Post a Comment