Ah,
kenapa tiba-tiba kepikiran untuk menulis ini ya ? entahlah, tak tau bagaimana
menjawabnya. Tiba-tiba terlintas dalam benak hanyalah ini, HATI. Mungkin malam
ini terlalu syahdu, bersama bulan setangah wajah, dan binar-binar bintang
menambah indahnya langit. Suasana yang pas, untuk berbicara masalah hati. Tentu
bersama secangkir kopi hangat penambah inspirasi. Tapi paling penting adalah
blog saya ada tulisannya. Lama gak nulis..:)
Mulai
dari mana ya ??, Tak tahu aku. Mulai dari sini saja, “bismillahirrahmanirrahim”.
Kesunyian
malam ini membawa ingatan saya kembali pada sebuah pesan dari rasulullah SAW.
Sebuah pesan tentang hati yang ada dalam dada ini,
“Ingatlah bahwa dalam jasad itu ada
sekerat daging, jika ia baik, baiklah jasad seluruhnya. Dan jika ia rusak, maka
rusaklah jasad seluruhnya. Sepotong daging itu adalah hati (HR. Bukhari dan
Muslim)
Imam
Al-Ghazali mengibaratkan hati sebuah cermin. Hati yang bersih laksana sebuah
cermin yang jernih, sehingga mudah seseorang untuk mengacakan dirinya pada
cermin tersebut , jelas sekali. Jika ada kotoran atau cacat dari tubuh akan
kelihatan detail. Sebaliknya, jika hati itu kotor, bagaikan kaca yang buram dan
kusam penuh nokhtah hitam, sehingga membuat kita sulit untuk mengaca padanya,
kita sulit membedakan dan tak tahu apakah tubuh kita ini penuh kotoran atau
cacat atau tidak, serba buram tak jelas diri kita dalam cermin tersebut. Kalau
kita punya cermin seperti itu di rumah, mungkin kita tidak akan perbah merasa
percaya diri meskipun kita berjam-jam
berdiri memandangi diri dihadapan cermin tersebut. Atau sebaliknya, kita
terlalu PeDe melihat cermin itu. Meskipun tidak jelas diri kita dalam cermin
tersebut. Kita merasa sempurna tanpa cacat, padahal kenyataannya adalah
sebaliknya. Astagfirullah.. jika ia baik,
baiklah jasad seluruhnya. Dan jika ia rusak, maka rusaklah jasad seluruhnya
Hati
ini ibaratkan raja, begitulah ungkapan yang sering ustadz-ustadz sampaikan.
Ibarat raja yang mengendalikan seluruh prajuritnya, memberi instruksi,
memerintah, melarang dan sebagainya. Ibarat raja, hati ini mempunyai kendali
pada semua prajurit yaitu seluruh anggota badan tanpa terkecuali. Segala
aktifitas gerakan anggota tubuh adalah hasil dari kehendak hati, tekad yang
terikat, dan bimbinganyang menuntun gerak tangan, kaki, mata dan yang lain.
Maka, jika raja itu salah memimpin, maka rusaklah prajuritnya, jika hati salah
memimpin, maka rusaklah seluruh tubuh ini, karena semua tindakah diperintah
pada kerusakan. Oleh karena itu, belajar memimpin hati adalah salah satu tugas
penting dalam kehidupan ini. Membimbing dalam ketaatan dan kebenaran sesuai
kehendak-Nya.
“dan sesungguhnya Kami jadikan
untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai
hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah; mereka
mempunyai mata, tetapi tidak
dipergunakan utnuk melihat tanda-tanda kekuasan Allah; mereka mempunyai
telingga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar(ayat-ayat Allah). Mereka
itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi” ( terjemah QS.
Al-‘Araaf:179)
Ibarat
cermin, Amal perbuatan kita (baik ucapan atau gerakan kita) adalah pantulan
dari hati kita, kalau hati kita buram kusut, maka buruklah setiap amal kita dan
juga sebaliknya. Baiknya amal perbuatan kita adalan gambaran baiknya hati kita.
Semakin kita merusak cermin hati kita dengan kemaksiatan-kemaksiatan, maka
semakin kusam dan tidak jelaslah perbuatan kita.
Waullahu ‘alam bishowab
0 comments:
Post a Comment