Semua orang yang pernah makan
bangku sekolahan di Indonesia, pasti kenal dengan pelajaran Kewarganegaraan
dengan segala evolusi namanya. Mungkin ada yang lebih kenal dengan PMP
(Pelajaran Moral Pancasila) pada jaman Pak Soeharto, kemudian ganti dengan PPKN
(Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan), berubah lagi dengan PKn (Pendidikan
Kewarganegaraan). Apapun namanya, semua mengajarkan moral yang baik kepada anak
didik. Pasti kalian masih ingat dengan pelajaran itu ketika masih sekolah
dasar. Kalau ada pertanyaan seperti ini, “Apa yang kita lakukan jika melihat
teman kita jatuh?”. Pasti jawabannya adalah menolong dll. Kalau gak itu jawaban
dianggap salah. Saat jaman orang sudah mulai egois, jawaban seperti kadang lucu
juga meskipun harusnya begitu. Jika ada pertanyaan “apa yang harus kita lakukan
jika teman kita ramai di kelas saat pelajaran?”. Jawabannya adalah mengingatkan
dan menegur agar tidak ramai karena mengganggu yang lain.
Namun, jika pertanyaa dirubah
seperti ini, kalau kita melihat teman kita ramai atau berbicara saat khotbah
jum’at berlangsung, apakah yang harus kita lakukan ?. Guru PKn akan menjawab
mengingatkan teman kita agar tidak ramai dan diam mendengarkan khotbah.
Sedangkan guru agama pasti akan menjawab diam saja dan tetep mendengarkan
khotbah. Terus mana yang harus kita ikuti ?, guru PKn atau guru agama ?.
Bukankah itu benar-benar terjadi di sekitar kita?.
Ini BUKAN PELAJARAN PKn.
Jadi sebaiknya kita mengikuti
jawaban guru agama, bukan guru Pkn. Sebab jika kita mengikuti “Fatwa” guru PKn,
pasti sia-sia sholat jum’at kita. Bukankah sudah diperingatkan agar tidak
bicara dengan perkataan ataupun isyarat “sssst”.
0 comments:
Post a Comment