Sudah
merupakan bentuk cinta kita kepada Allah SWT adalah senantiasa membaca surat
cinta yang telah Dia turunkan kepada makhlukNya, Al-Quranulkariim. Allah telah
menurunkan al-quran sebagai bacaaan bagi kita, sebagai dzikir – dzikir penenang
hati disaat gundah, dengannya pula kita akan dapat semakin lurus menghadapkan
ibadah kita kepada Allah. Hal ini tidak lain adalah salah satu fungsi dari
diturunkannya Al-qur’an, sebagai petunjuk kehidupan bagi manusia yang telah
beriman kepadaNya.
Banyak
sekali ayat – ayat dalam Al-quran yang memerintah kita agar senantiasa membaca
ayat- ayat dari Al-qur’an. Bahkan Allah mensejajarkan perintah tentang membaca
Alqur’an dengan sholat. Sungguh bukanlah perkara biasa membaca Al-qur’an ini.
“ Sesungguhnya
orang-orang yang selalu membaca kitab
Allah.......................”
( Qs. Alfaathir : 29 )
Bacalah apa yang telah diwahyukan
kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur'an) dan dirikanlah shalat." (al-'Ankabuut: 45)
"Aku hanya
diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) Yang telah menjadikannya
suci dan kepunyaan-Nyalah segala sesuatu. Aku
diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri dan supaya aku
membacakan Al-Qur'an." (an-Naml: 91-92)
Ibnu
Qayyim Al-jauzi telah memberikan kita pelajaran akan apa yang sesungguhnya
disebut dengan tilawah itu. ” Hakikat tilaawah dalam ayat-ayat tersebut
adalah tilaawah yang
sesungguhnya yang mencakup arti tilawah
secara keseluruhan, yaitu membaca makna dan lafalnya. Tilaawah lafal adalah bagian dari tilaawah itu sendiri. Dan maksud dari
tilaawah ini adalah mengikuti
apa yang termaktub”. Maka tilawah kita bukanlah tilawah yang hanya membasi
bibir dan kerongkongan. Namun jauh lebih dari itu, tilawah – tilawah kita
adalah tilawah yang mampu menembus hati setiap kaliamat yang kita baca dalam
Al-qur’an. Tilawah yang mampu menyejukan hati dan meresap hingga kita akan
dapat menanggis dan tersenyum karena bacaan al-quran. Menangis saat ayat – ayat
yang kita baca adalah ayat – ayat yang menggambarkan kerasnya adzab neraka dan
ciri – ciri orang yang akan menjadi penghuni di dalamnya. Mungkinkah kita salah
seorang diantara mereka ?. Disisi lain
kita akan tersenyum karena yang kita baca adalah gambaran bagaimana keindahan
surga dan bagaimana interaksi kita dengan bidadari – bidadari surga. Kita
berharap salah seorang dari diantara orang – orang yang akan menjadi bagian
dari kelompoknya yang dijanjikan surga.
Maka
tidak ada salahnya sekali lagi kita merenungkan
tilawah – tilawah kita selama ini, kualitas dan kuantitas tilwah kita.
Sebagaimana Ibnu Qayyim pernah menuliskan dalam kitab beliau makthabah Roudhotul Muqibbin( kunci
kebahagiaan). “ sedangkan yang
dimaksud di sini adalah tilaawah hakiki.
Yaitu, membaca maknanya dan mengikutinya, dengan membenarkannya, menunaikan perintahnya,
menjauhi larangannya, dan patuh kepadanya kemana saja dia menuntun. Jadi tilaawah Al-Qur'an meliputi tilaawah lafal dan maknanya. Tilaawah makna lebih mulia dari-pada
sekedar tilaawah lafal. Orang
yang melakukan tilawah makna,
adalah ahli Al-Qur'an yang berhak menerima pujian di dunia dan di akhirat.
Mereka itulah ahli tilaawah dan
pengikut Al-Qur'an yang sesungguhnya”.
0 comments:
Post a Comment