“
Ramdhan tiba.. ramadhan tiba.. ramadhan tiba...”
Penggalan
lirik lagu yang entah itu punya siapa.
Mungki tidak penting bagi ku, karena tidak akan mempengaruhi suasana
ramadhan kecuali lagu lagu diacara televisi. Ramadhan sudah dekat, rindu
semakin melekat. Rindu bertemu bulan yang penuh berkah, rindu dengan nuansa
ketenangan ramadahan. Tidak dapat dibohongi kalau itulah hati yang sedang
berkecamuk diatas kerinduan akan suasa ramadhan yang akan terus terkenang.
Bukan masalah buka puasa atau makanan khas ramadhan. Bukan juga maslah liburan
atau yang lainnya. Tapi rindu nuansa berlomba – lomba dalam ibadah. Rindu dalam
bermunajat bermesraan dalam sepertiga malam terakhir. Sungguh indah dan selalu
membuat rindu menunggu senyum hilal di ufuk. Ramadhan tiba...
Bergetar
hati ini ketika melihat sebuah peringatan dari kawan. Prepare you’re self,
ramadhan is Back. 100 hari menuju ramadhan. Getaran kerinduan itu muncul
memutar memori keindahan suasan ramadhan dalam rumah sederhana penuh keberkahan.
Suasana yang mungkin tidak akan tergantikan dan tidak dapat dirasakan kecuali
dalam bulan ramadhan. Sholat Tahajjud bersama keluarga. Semua seisi rumah
saling membangunkan, berdiri menghadapkan wajah kepada Allah, berjamaah saling
menguatkan dalam sepertiga malam terakhir. Indah, syahdu dan tidak bisa
didefinisakan rasanya. Sudah menjadi tradisi mendarah daging di keluarga kami
kalau ramadhan menjalankan shalat terawih di sepertiga malam terakhir. Mungkin
sudah 10 tahun kebiasan itu dibangun. Semenjak ku masih kelas 5 SD hingga
sekarang, meskipun baru bisa menjalankan sholat tahajjud berjamaah bersama
keluarga sejak kelas satu SMA.
Suasana
itulah yang selalu membuatku merindukan untuk segera pulang, bergabung dalam
barisan jamaah bersama keluarga. Bermunajat bersama untuk kemulian disisi-Nya.
Berjamaah dalam barisan bersama kakak laki – laki dan adik yang tercinta.
Meskipun adik baru duduk dibangku sekolah kelas satu SMP, namun untuk bangun
dan sholat bersama sangat tinggi keinginannya. Ramadhan tahun lalu saja, ketika
masih kelas 6 SD hanya beberapa kali absen dari sholat tahajjud. Meskipun
kadang tidak pernah full dari awal sampai witir. Tapi melihat semagat itulah,
kerinduan dan getaran semangat semakin kuat memusar dalam hati dan salalu rindu
untuk segera pulang. Masih teringat bagaimana marahnya adik yang tidak
dibangunkan untuk sholat tahajjud, padahal sudah coba dibangunkan tapi tidak
bangun – bangun. Marah dan muka cemberut sampai sahur usai. Ya, itulah episode
yang tidak pernah akan terlewatkan setiap malam – malam kami setiap kali
ramadhan. Ramadhan adalah momen – momen indah berkumpulnya orang – orang di
rumah.
Bukan
hanya adik yang membuat kerinduan itu semakin kuat. Sholat malam yang didirikan
tidak pernah kurang dari 2 jam. Sangat mesra dan syahdu. Berlama – lamaan dalam
kebersamaan ibadah kepada Allah. Bagiku sendiri, sholat tahajjud ramadhan
adalah obat kekeringan dalam ibadah yang bisa terasa sebelum – sebelumnya.
Bacaan Al – Quran dengan ayat – ayat pilihan yang semuanya berisikan pujian dan
do’a mengalun menggetarkan hati akan kehinaan diri yang telah bermaiksiat
kepada Allah dan sungguh kecil diri ini rasanya. Bersamaan dengan dzikir kodok,
jangkrik dan hewan – hewan malam, dzikir – dzikir kami lantunkan disetiap rehat sholat. Indah
sekali, seolah malam ini jangan segera berganti dengan fajar. Masih ingin terus
bersama dalam menghamba bersama bapak, ibu, kakak dan adik tercinta. Saling
mendoakan keberkahan dan keselamatan untuk bersama nantinya dibangkitkan
bersama dalam keadaan terbaik.
Menghayati
setiap bacaan sholat mulai dari takbiratul ihrom sampai salam, menghayati
setiap do’a yang terlantun. Bermuhasabah, memutar kisah perilaku kemaksiatan
untuk meminta ampunan dan maghfiroh-Nya. Sholat iftitah yang menjadi pembuka
malam dengan kehangatan dan pemanasan perenggangan otot setelah tidur. Sungguh
tak terbayangkan nikmatnya. Menikmati bacaan iftitah,
“ Ya Allah, Jauhkanlah
diriku dari kesalahan – kesalahanku “
“ Sebagaimana Engkau
telah menjauhkan antara timur dan barat “
“ Ya, Allah. Bersihkanlah
aku dari kesalahan – kesalaha ku “
“ Seperti kain putih
yang dibersihkan dari kotoran “
“ Ya, Allah, cucilah
diriku dari kesalahan – kesalahanku dengan air, es, dan embun “
Sungguh
kau akan merasa kecil ketika dalam kesunyian malam membaca do’a ini. Meraskan
betapa besar dosa – dosa yang telah kita lakukan selama setahun belakangan.
Merasakan nikmatnya dzikir – dzikir dalam ruku’ dan sujud,
“ Maha Suci Engkau Ya
Allah, Wahai Tuhan kami, segala puji bagi MU, Ya Allah ampunilah aku”
Dzikir
diantara dua sujud dengan sangat tunduk memohon ampunan,
“Ya Rabbku, ampunilah
aku. Ya Rabb ku, Ampunilah aku”
Tidak
pernah merasakan keindahan bacaan – bacaan ini melainkan dalam setiap
kehiningan malam disaat yang lain tidur pulas. Mendengar do’a dan pujian dalam
setiap pilhan ayat yang dibaca setelah al-fatihah penuh makna dan rasa sebagai
hamba yang sangat lemah,
Kepunyaan Allah-lah
segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu
melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah
akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah
mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya;
dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Rasul telah beriman kepada Al Quran
yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang
beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya
dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan
antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka
mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdoa):
"Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada
orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami
apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan
rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum
yang kafir."
Kerinduan
melihat hilal, kerinduan ramadhan, kerinduan akan kebersamaan dalam keluarga,
kerinduan bersama berjamaan menghabiskan malam dengan kemesraan bersama Allah.
Kerinduan ramadhan, kerinduan dalam dekapan kasih sayang dan ampunan. Kerinduan
ramadhan, kerinduan para musafir iman. Kerinduan ramadhan, kerinduan oase
penyejuk gersang hati penuh kemaksiatan. Kerinduan ramadhan, kerinduan untuk
bapak dan ibu yang selalu menunggu anaknya pulang dengan bahagia. Kerinduan
ramadhan, kerinduan akan indahnya pertemuan dengan Rabbi izzati. Kerinduan
ramadhan, nokhtah kerinduan dalam samudera pengembaraan. Segeralah datang
ramdhan, kan ku sambut engkau dalam ruang kerinduan. Segera datanglah kau
ramadhan, sudah tak sanggup hati ini menahan.
“Ya
Allah, semoga Engkau masih pertemukan aku dengan ramadhan MU”
0 comments:
Post a Comment