Nama beliau
sudah tak asing lagi bagi orang – orang yang selalu mengikuti perkembangan
tentang Palestina. Beliau termasuk orang utama yang menjadi panutan dan idola
bagi anak – anak di seluruh pelosok negeri ini. Syekh
Yasin, nama lengkapnya Syekh Ahmad Ismail Yasin lahir tahun 1938 di desa
Al-Jura, sebelah selatan kota Gaza, syahid pada saat sedang puasa sunah Senin-
Kamis, hari Senin, 1 Shafar 1425 H/ 22 Maret 2004 M karena dihantam rudal
penjajah Zonis Israel setelah melaksanakan sholat subuh berjama’ah di masjid
Al-Mujama’ Al-Islami, Gaza. Beliau merupakan tokoh spiritual gerakan Hamas, Qiyadah/ pemimpin bagi
pejuang dan rakyat Palestina melawan penjajah Zionis Israel.
Walaupun usianya uzur, kondisi
tubuhnya lumpuh dari leher hingga ujung kaki, setiap hari harus menggunakan
kursi roda, tidak menghalangi beliau untuk berdakwah, memimpin dan membina
umat, rakyat Palestina khususnya di Gaza. Beliau memiliki ‘izzah/
kemuliaan sehingga disegani dan dicintai kawan, ditakuti lawan dalam hal ini
penjajah Zionis Israel. Sebagai tokoh spiritual dan qiyadah dalam perjuangan, Syekh Ahmad
Yasin banyak memberikan keteladanan bagi pengikutnya dan rakyat Palestina, juga
bagi umat Islam yang rindu syahid di jalan Allah.
Dalam suatu khutbahnya, Syekh
Ahmad Yasin pernah berkata: Umat ini tidak akan pernah memiliki kemuliaan dan
meraih kemenangan kecuali dengan Islam. Tanpa Islam tidak pernah ada
kemenangan. Kita selamanya akan selalu berada dalam kemunduran sampai ada
sekelompok orang dari umat ini yang siap menerima panji kepemmpinan yang
berpegang teguh kepada Islam, baik sebagai aturan, prilaku, pergerakan,
pengetahuan, maupun jihad. Inilah satu-satunya jalan. Pilih Allah atau binasa!
Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala-bantuan itu melainkan
sebagai kabar gembira bagi (kemenangan) mu, dan agar tenteram hatimu karenanya.
Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.(QS: Al-Imran/3: 126).
Suatu ketika ada seorang
penganut Kristen di kota Ramallah, Tepi Barat, Bassam Hana Rabbah namanya. Dia
datang menemui Syekh Ahmad Yasin untuk mengadukan permasalahannya karena ada
seseorang di Gaza melakukan penipuan terhadap dirinya. Syekh Ahmad Yasin yang
juga pimpinan Dewan Islah (perdamaian) dengan bijaksana mampu mendamaikan
antara Bassam Hana Rabbah seorang Kristen dengan seseorang yang telah melakukan
penipuan.
Syekh meresponnya dengan serius,
bahkan mampu bersikap adil terhadapku. Hak-hak saya pun bsa kembali saya
nikmati. Sebagai tanda terima kasih, sebagian hartaku diberikan kepada Dewan
Islah, tutur Hana Rabbah. Sebagai seorang Qiyadah/pemimpin, Syekh Ahmad Yasin tidak cinta
dunia, tidak gila harta, bahkan kehidupannya sangat sederhana.
Mariyam Ahmad Yasin menceritakan
tentang sikap hidup ayahnya:
Rumah ayah terdiri dari 3 kamar
dengan jendela yang sudah rapuh. Rumah ini sangat sederhana sekali. Ini fakta
bahwa ayahku tak cinta dunia, namun cinta akhirat. Banyak yang menawari beliau
untuk memiliki rumah seperti pejabat tinggi negara, namun ditolaknya. Bahkan
pernah suatu ketika, Pemerintah Otoritas Palestina memberi sebuah rumah besar
di suatu kampung mewah di Gaza, . Namun Tawaran itupun di tolak, ia tidak
peduli dengan berbagai ragam bentuk kesenangan duniawi.
Rumah ini sangat sempit. Tidak
ada lantai, dapurpun ala kadarnya. Jika musim dingin, kami kedinginan. Namun
jika musim panas tiba, kami pun kepanasan. Ayah sama sekali tidak memikirkan
untuk merenovasi rumahnya. Ia justru sibuk mempersiapkan rumah di akhiratnya.
Adapun kondisi psikis, Alhamdulillah, kami cukup sabar, karena kami percaya.
Insya Allah, kami akan melihatnya lagi di surgaNYa nanti. Untuk itulah kami
juga sangat berharap bisa mati syahid seperti beliau.
Jika Syekh Ahmad Yasin ingin
kaya, harta menumpuk, rumah mewah bertingkat, mobil mengkilat lebih dari empat,
makanannya serba lezat, semuanya bisa saja beliau dapatkan, bukankah beliau
mempunyai pengikut yang taat, kedukukan yang memikat, akan tetapi semuanya itu
tidak beliau lakukan untuk memperkaya diri di tengah pengikut dan rakyatnya
yang sedang sengsara dan menderita, akibat penjajah, sekali lagi tidak!
Syekh Ahmad Yasin memiliki iman
dan perasaan yang tinggi, beliau sangat cinta dan peduli kepada umat yang pada
hakekatnya adalah umat Nabi Muhammad saw.
Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu:
Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang
shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS:An Nisaa/4: 69).
Senin
22 Maret 2004, empat tahun yang lalu, selepas keluar dari masjid usai
menunaikan shalat subuh, mobil yang ditumpangi Syaikh Yasin dibombardir tiga
rudal yang ditembakan pesawat heli tempur Apache Israel buatan Amerika. Syaikh
Yasin gugur syahid bersama delapan orang lainnya. Itulah akhir kehidupan yang
memang ia inginkan dan telah menjadi kehendak Allah. Syaikh Yasin gugur syahid
setelah menyempurnakan bangunan perlawanan dan merasa tenang karena bangunan
tersebut sangat indah, kuat, dan kokoh.
Syaikh
Yasin adalah simbul perlawanan dan sekaligus guru para mujahid. Meskipun
seluruh sekujur lumpuh dan seluruh hidupnya dibelenggu oleh terali besi namun
dia adalah seorang yang penggerak yang membangunkan dunia dan mukmin yang
merdeka. Seorang kolomnis asal, Mesir Dr. Kamal al Mishri dalam sebuah
artikelnya menyebut Syaikh Yasin sebagai “Al ‘Aqid Alladzi Aqama al ‘Alam”
(Orang Lumpuh yang Membangunkan Dunia). Kata Kamal al Mishri, “Ketika Anda
melihat (realita fisiknya) kemudian Anda mendengar capaian-capaian yang
dihasilkan, Anda akan memahami betul firman Allah swt di dalam hadist qudsi, ‘Maka
jika Aku mencintainya, Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk
mendengar, Aku adalah penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, Aku adalah
tangannnya yang dia gunakan untuk memukul, dan Aku adalah kakinya yang dia
gunakan untuk berjalan.’” (HR. Bukhari).
Dia
hanyalah seorang lelaki lumpuh yang membangun ide perlawanan hingga menjadi
sosok yang tidak disebut kecuali dengannya. Sampai hari ini, setiap orang baik
lawan maupun kawan tetap menaruh hormat kepadanya. Namanya senantiasa disebut
di seluruh dunia. Di adalah Amir Mujahidin Palestina dan guru perlawanan yang
gugur oleh tangan-tangan biadab Zionis Israel.
Syaikh
Ahmad Yasin adalah sosok manusia intimewa dan unik pada zamannya, tokoh besar
dan bintang bagi orang-orang sejenisnya, menjadi cahaya bagi rekan-rekannya,
sosok menakjubkan bagi mereka yang hidup di masanya, perhiasan bagi tokoh
setarafnya, pahlawan di era kekalahan, pemberani di tengah iklim
ketakutan, pemimpin di samudera kelemahan, raksasa di tengah kehinaan,
kemuliaan di medan kerendahan. Sosok yang menjadi harapan di tengah segala
kebuntuan, sosok ketegaran dalam menghadapi kekalahan dan keruntuhan. Dia
adalah pribadi yang memiliki hikmah di tengah kerancuan, ketergelinciran akal,
kebutaan mata hati dan keimanan di tengah-tengah suasana keterkoyakan dan
hilangnya identitas. Dia adalah sosok yang meneguhkan keyakinan pada
pertolongan Allah dan janji-Nya terhadap kaum mukmin di tengah kegelapan,
kesesatan, kebencian para musuh, dan kecemasan jiwa.
Seperti
diungkapkan Prof. Dr. Taufiq Yusuf al Wa’i, dalam karyanya ”Qaadat
al-Jihaad al-Filistiini fii al-Ashr al-Hadiits: Kifaah, Tadhiyyah, Butuulaat,
Syahaadaat”, semua gambaran di atas terdapat pada sosok lumpuh yang tak
mampu berdiri ini; sosok yang kedua tangannya pun lumpuh tidak mampu membawa
sesuatu; sosok yang kurus dan lemah; tubuh yang terserang oleh berbagai
penyakit; penglihatan yang telah kabur kecuali hanya seberkas sinar dari satu
mata; serta penderitaan dan sakit yang tak kunjung reda. Bukankah ini sesuatu
yang menakjubkan? Bukankah ia merupakan tanda kebesaran Tuhan dan wujud
anugerah-Nya? Sosok tersebut hidup untuk misi dan untuk umatnya. Ia
menghabiskan usianya dalam dakwah. Ia adalah jihad yang terus berjalan, teladan
yang terus bergerak, panutan yang memancarkan cahaya dan keimanan, serta
pemahaman dan pengetahuan di tengah jarangnya orang yang tulus, di tengah
sedikitnya keikhlasan, serta di tengah lenyapnya suara kebenaran dan ketegasan.
Syaikh Yasin datang sebagai pemimpin bagi para mujahid, tokoh bagi para dai,
guru yang bijak dan teladan yang agung bagi para pendidik. Tubuhnya yang kurus,
kelumpuhannya, dan penyakit yang kronis membuatnya tidak mampu berjuang dengan
senjata. Karena itu, beliau berjuang dengan senjata hikmah, dengan pedang
pembinaan dan penataan, dengan meriam keimanan, serta dengan bom kesabaran,
keteguhan, dan ketegaran.
Dalam
sebuah artikelnya, Dr. Abdul Aziz Rantisi, tokoh yang menggantikan Syaikh Yasin
memimpin Hamas sepeninggal beliau yang kemudian menjadi target pembunuhan
Israel berikutnya, melukiskan tentang pribadi pendiri dan tokoh spiritual Hamas
ini dengan menyebut sebagai sosok yang setara dengan umat atau umat yang
terdapat pada satu sosok dirinya. Rantisi menuliskan, Syaikh Ahmad Yasin adalah
seorang tokoh pemimpin yang istimewa. Dialah sosok yang ketika mendapat bencana
dan cobaan, justru memperbesar tekad dan keteguhannya dalam meneruskan jalan
meskipun terjal. Beliau terus menapakkan kaki dengan berkorban, memberi, dan
bahkan mewujudkan berbagai target yang pada gilirannya melahirkan gerakan
perjuangan Islam.
Sosok Reformis
Syaikh
Ahmad Yasin menghabiskan usianya untuk dakwah dan jihad. Proyek reformasi dia
mulai sejak permulaan tahun 1950-an. Pada tahun 1960-an atau 1970-an proyek ini
mulai mengarah kepada bidang pendidikan dan organisasi. Sesudah itu ia
mendirikan gerakan HAMAS guna memainkan perannya dalam berjuang dan menghantam
musuh lewat segala kekuatan yang ada. HAMAS ikut serta dalam kegiatan
intifadhah dari sejak tahun 1987 M hingga sekarang, yang kini memasuki babak
perjuangan politik dalam pemerintahan. Intifadhah Hamas telah mampu mengguncang
keamanan zionis lewat aktivitas berani matinya.
Keberadaan
dan perkembangan proyek ini, meskipun mendapat tekanan penjajah yang luar
biasa, justru menunjukkan keyakinan yang sangat kuat dalam mewujudkan janji
Allah membebaskan Palestina, meskipun memakan waktu lama. Untuk itu, diperlukan
sebuah strategi jihad yang paripurna. Dimulai dari pembinaan setiap generasi
melalui tarbiyah islamiyah yang bersandar pada pelaksanaan berbagai kewajiban
agama, pembelajaran kitabullah secara cermat dan sunnah Nabi, penelaahan
sejarah, disertai pengkajian tentang kondisi musuh berikut potensinya,
titik-titik kelemahan dan kekuatannya, sehingga seorang muslim memiliki
kesadaran yang benar tentang realitas yang ada serta memiliki persepsi yang
tepat dalam hal pemikiran dan keyakinan.
Menurut
Taufiq Yusuf al Wa’i, proyek reformasi Syaikh Yasin ini sejak tahun 1967 mulai
terpecah menjadi dua aliran. Pertama, bersifat resmi dan formal yang
mmenyerukan perdamaian dengan zionisme sesuai dengan prinsip kompromi. Hal itu
dimaksudkan untuk mengikuti standar yang ditetapkan oleh kekuatan regional dan
internasional. Juga, karena dipandang tidak mungkin mengalahkan zionis Israel
yang bersekutu dengan kekuatan besar. Kedua, menjadikan akidah dan
prinsip-prinsip Islam sebagai landasan yang kokoh untuk berjuang melawan musuh.
Arus kekuatan ini tidak membenarkan berdamai dengan kaum parampas. Mereka
memandang perlawanan satu-satunya pilihan untuk membebaskan tanah suci
Palestina. Aktivitas ini baru bisa dijalankan sesudah membentuk pilar-pilar
sosial yang kokoh, menciptakan kondisi yang kondusif, mendapat sokongan dari
berbagai kekuatan yang ada, serta memperkokoh bangsa Palestina lewat
pelaksanaan program pendidikan jangka panjang bertujuan meyakinkan tentang
pilihan perlawanan, serta meraih dukungan sebagian besar bangsa
Palestina.
Syaikh
Yasin giat melakukan proyek tersebut segera sesudah kekalahan di atas. Ia mulai
berceramah di berbagai masjid di Gaza. Ia mengobarkan emosi jamaah lewat
mimbar-mimbar masjid. Syaikh Yasin memandang masjid dan halaqah tahfidz
(penghafal) al Qur’an sebagai wadah alami untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang
diinginkan. Dari situlah dilakukan pembinaan terhadap anak-anak agar mereka
tumbuh secara Islami. Sementara, mereka yang menginjak usia dewasa diberi
program pembinaan yang meliputi aspek pendidikan, pengajaran, dan hafalan
Al-Qur’an. Di samping itu, Syaikh Yasin juga mendirikan lembaga sosial, seperti
Majma’ Islami tahun 1970-an dan Majdul Mujahidin tahun 1980-an. Untuk membangun
basis perlawanan, Syaikh Yasin mendirikan Gerakan Perlawanan Islam Hamas tahun
1987.
Keunggulan
proyek Syaikh Yasin ini terbukti telah menghasilkan kader-kader perlawanan yang
handal. Bahkan kepergian bapak perlawanan ini tidak menyusutkan aktivitas jihad
dan perlawanan di Palestina. Alih-alih berhenti, sepeninggal Syaikh Yasin
justru membuat perlawanan mendapatkan dukungan lebih luas dari lapisan
masyarakat Palestina, khususnya kepada Hamas. Dan ini dibutktikan dengan
kemenangan gerakan ini pada pemilu legislatif Palestina Januari 2005 lalu. Dan
kegagalan konspirasi Israel yang didukung dunia internasional dengan memblokade
total Jalur Gaza sejak pertengan Juni 2007 lalu adalah bukti nyata dukungan
rakyat kepada perlawanan. (seto)
almarhum tidak cuma pantas dikenang kegigihannya dalam melakukan
perlawanan terhadap penjajah Israil. Ucapannya pun tak bisa dilupakan, banyak
diantara pernyataanya yang menggugah. Untuk dirinya sendiri, ia mempersaksikan
kepada Allah, bahwa membela agama ini dan kehormatan bangsanya sebagai Muslim,
lebih dari segala hal. Nyawa, darah yang mengalir di tubuhnya pun tak penting
lagi. Syeikh Yassin adalah tausiyah bagi kita semua. Malulah semalu-malunya
kita yang masih memiliki gravitasi begitu besar pada dunia: harta, wanita dan
jabatan. Malulah. Lelaki dalam posisi seperti Syeikh Ahmad Yassin bisa
mendapatkan apa saja yang dimauinya, asalkan ia mau berkompromi sedikit saja
dengan negar yang super kaya. Tidak! Ia tidak berkompromi, meskipun harus
lumpuh dan sepanjang hidup dalam bidikan senjata.
Sedangkan kita, demi kenyamanan hidup yang tak seberapa, setiap hari kita berkompromi dengan melepas sekerat demi sekerat iman kita. Dengan kualitas ibadah ala kadarnya. Dengan melonggarkan syari’ah atas diri kita dan anak istri kita. Denga pura-pura bahwa Allah menyaksikan diri kita. Bahkan terkadang dengan pembangkangan. Berikut adalah kata-kata dan pernyataan Syeikh Ahmad Yassin yang saya nukil dari sebuah majalah Hidayatullah, semoga menjadi suatu bahan perenungan buat kita semua..masih banyak saudara kita di belahan bumi ini terpenjara dalam negerinya sendiri.
Sedangkan kita, demi kenyamanan hidup yang tak seberapa, setiap hari kita berkompromi dengan melepas sekerat demi sekerat iman kita. Dengan kualitas ibadah ala kadarnya. Dengan melonggarkan syari’ah atas diri kita dan anak istri kita. Denga pura-pura bahwa Allah menyaksikan diri kita. Bahkan terkadang dengan pembangkangan. Berikut adalah kata-kata dan pernyataan Syeikh Ahmad Yassin yang saya nukil dari sebuah majalah Hidayatullah, semoga menjadi suatu bahan perenungan buat kita semua..masih banyak saudara kita di belahan bumi ini terpenjara dalam negerinya sendiri.
0 comments:
Post a Comment