Gaza, itulah nama hamparan tanah yang luasnya tidak lebih dari 360 km persegi. Berada di Palestina Selatan, “potongan” itu “terjepit” di antara tanah yang dikuasai penjajah Zionis Israel, Mesir, dan laut Mediterania, serta dikepung dengan tembok di sepanjang daratannya.
Sudah lama Israel “bernafsu” menguasai wilayah ini. Namun, jangankan menguasai, untuk bisa masuk ke dalamnya saja Israel tidak mampu. Sudah banyak cara yang mereka lakukan untuk menundukkan kota kecil ini. Blokade rapat yang membuat rakyat Gaza kesulitan memperoleh bahan makanan, obat-obatan, dan energi, telah dilakukan sejak 2006 hingga kini. Namun, penduduk Gaza tetap bertahan, bahkan perlawanan Gaza atas penjajahan Zionis semakin menguat.
Akhirnya Israel melakukan serangan “habis-habisan” ke wilayah ini sejak 27 Desember 2008 hingga 18 Januari 2009. Mereka”mengguyurkan” ratusan ton bom dan mengerahkan semua kekuatan hingga pasukan cadangannya. Namun, sekali lagi, negara yang tergolong memiliki militer terkuat di dunia ini harus mundur dari Gaza. Di atas kertas, kemampuan senjata AK 47, roket anti tank RPG, ranjau, serta beberapa jenis roket buatan lokal yang biasa dipakai para mujahidin Palestina, tidak akan mampu menghadapi pasukan Israel yang didukung tank Merkava yang dikenal terhebat di dunia. Apalagi menghadapi pesawat tempur canggih F-16, heli tempur Apache, serta ribuan ton “bom canggih” buatan Amerika Serikat.
Akan tetapi di sana ada “kekuatan lain” yang membuat para mujahidin mampu
membuat “kaum penjajah” itu hengkang dari Gaza dengan muka tertunduk, walau
hanya dengan berbekal senjata-senjata “kuno”. Itulah pertolongan Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada para pejuangnya yang taat dan ikhlas.
Kisah tentang munculnya “pasukan lain” yang ikut bertempur bersama para mujahidin,
semerbak harum jasad para syuhada, serta beberapa peristiwa “aneh” lainnya
selama pertempuran, telah beredar di kalangan masyarakat Gaza, ditulis para
jurnahs, bahkan disiarkan para khatib Palestina di khutbah-khutbah Jumat
mereka.
Pasukan "Berseragam Putih" di Gaza
Ada “pasukan lain” membantu para mujahidin Palestina. Pasukan Israel
sendiri mengakui adanya pasukan berseragam putih itu. Suatu hari di penghujung
Januari 2009, sebuah rumah milik keluarga Dardunah yang berada di antara Jabal
Al Kasyif dan Jabal Ar Rais, tepatnya di jalan Al Qaram, didatangi oleh
sekelompok pasukan Israel. Seluruh anggota keluarga diperintahkan duduk di
sebuah ruangan. Salah satu anak laki-laki diinterogasi mengenai ciri-ciri para
pejuang al-Qassam. Saat diinterogasi, sebagaimana ditulis situs Filisthin Al
Aan (25/1/2009), mengutip cerita seorang mujahidin al-Qassam, laki-laki itu
menjawab dengan jujur bahwa para pejuang al-Qassam mengenakan baju hitam-hitam.
Akan tetapi tentara itu malah marah dan memukulnya hingga laki-laki malang itu
pingsan. Selama tiga hari berturut-turut, setiap ditanya, laki-laki itu
menjawab bahwa para pejuang al-Qassam memakai seragam hitam. Akhirnya, tentara
itu naik pitam dan mengatakan dengan keras, Wahai pembohong! Mereka itu
berseragam putih!”
Cerita lain yang disampaikan penduduk Palestina di situs milik Brigade Izzuddin al-Qassam, Multaqa al-Qasami, juga menyebutkan adanya “pasukan lain” yang tidak dikenal. Awalnya, sebuah ambulan dihentikan oleh sekelompok pasukan Israel. Sopirnya ditanya apakah dia berasal dari kelompok Hamas atau Fatah? Sopir malang itu menjawab, “Saya bukan kelompok mana-mana. Saya cuma sopir ambulan.” Akan tetapi tentara Israel itu masih bertanya, “Pasukan yang berpakaian putih-putih dibelakangmu tadi, masuk kelompok mana?” Si sopir pun kebingungan, karena ia tidak melihat seorangpun yang berada di belakangnya. “Saya tidak tahu,” jawaban satu-satunya yang ia miliki.
Cerita lain yang disampaikan penduduk Palestina di situs milik Brigade Izzuddin al-Qassam, Multaqa al-Qasami, juga menyebutkan adanya “pasukan lain” yang tidak dikenal. Awalnya, sebuah ambulan dihentikan oleh sekelompok pasukan Israel. Sopirnya ditanya apakah dia berasal dari kelompok Hamas atau Fatah? Sopir malang itu menjawab, “Saya bukan kelompok mana-mana. Saya cuma sopir ambulan.” Akan tetapi tentara Israel itu masih bertanya, “Pasukan yang berpakaian putih-putih dibelakangmu tadi, masuk kelompok mana?” Si sopir pun kebingungan, karena ia tidak melihat seorangpun yang berada di belakangnya. “Saya tidak tahu,” jawaban satu-satunya yang ia miliki.
Suara Tak Bersumber
Ada lagi kisah karamah mujahidin yang kali ini disebutkan oleh khatib
masjid Izzuddin Al Qassam di wilayah Nashirat Gaza yang telah ditayangkan oleh
TV channel Al Quds, yang juga ditulis oleh Dr Aburrahman Al Jamal di situs Al
Qassam dengan judul Ayaat Ar Rahman fi Jihad Al Furqan (Ayat-ayat Allah dalam
Jihad Al Furqan). Sang khatib bercerita, seorang pejuang telah menanam sebuah
ranjau yang telah disiapkan untuk menyambut pasukan Zionis yang melalui jalan
tersebut.
“Saya telah menanam sebuah ranjau. Saya kemudian melihat sebuah helikopter menurunkan sejumlah besar pasukan disertai tank-tank yang beriringan menuju jalan tempat saya menanam ranjau,” kata pejuang tadi. Akhirnya, sang pejuang memutuskan untuk kembali ke markas karena mengira ranjau itu tidak akan bekerja optimal. Maklum, jumlah musuh amat banyak.
Akan tetapi, sebelum beranjak meninggalkan lokasi, pejuang itu mendengar suara “Utsbut, tsabatkallah” yang maknanya kurang lebih, “tetaplah di tempat maka Allah menguatkanmu.” Ucapan itu ia dengar berulang-ulang sebanyak tiga kali. “Saya mencari sekeliling untuk mengetahui siapa yang mengatakan hal itu kapada saya. Akan tetapi saya malah terkejut, karena tidak ada seorang pun yang bersama saya,” ucap mujahidin itu, sebagaimana ditirukan sang khatib.
Akhirnya sang mujahid memutuskan untuk tetap berada di lokasi. Ketika sebuah tank melewati ranjau yang tertanam, sesualu yang “ajaib” terjadi. Ranjau itu justru meledak amat dahsyat. Tank yang berada di dekatnya langsung hancur. Banyak serdadu Israel meninggal seketika. Sebagian dari mereka harus diangkut oleh helikopter. “Sedangkan saya sendiri dalam keadaan selamat,” kata mujahid itu lagi, melalui lidah khatib. Cerita yang disampaikan oleh seorang penulis Mesir, Hisyam Hilali, dalam situs alraesryoon.com, ikut mendukung kisah-kisah sebelumnya. Abu Mujahid, salah seorang pejuang yang melakukan ribath (berjaga) mengatakan, “Ketika saya mengamati gerakan tank-tank di perbatasan kota, dan tidak ada seorang pun di sekitar, akan tetapi saya mendengar suara orang yang bertasbih dan beritighfar. Saya berkali-kali mencoba untuk memastikan asal suara itu, akhirnya saya memastikan bahwa suara itu tidak keluar kecuali dari bebatuan dan pasir.”
“Saya telah menanam sebuah ranjau. Saya kemudian melihat sebuah helikopter menurunkan sejumlah besar pasukan disertai tank-tank yang beriringan menuju jalan tempat saya menanam ranjau,” kata pejuang tadi. Akhirnya, sang pejuang memutuskan untuk kembali ke markas karena mengira ranjau itu tidak akan bekerja optimal. Maklum, jumlah musuh amat banyak.
Akan tetapi, sebelum beranjak meninggalkan lokasi, pejuang itu mendengar suara “Utsbut, tsabatkallah” yang maknanya kurang lebih, “tetaplah di tempat maka Allah menguatkanmu.” Ucapan itu ia dengar berulang-ulang sebanyak tiga kali. “Saya mencari sekeliling untuk mengetahui siapa yang mengatakan hal itu kapada saya. Akan tetapi saya malah terkejut, karena tidak ada seorang pun yang bersama saya,” ucap mujahidin itu, sebagaimana ditirukan sang khatib.
Akhirnya sang mujahid memutuskan untuk tetap berada di lokasi. Ketika sebuah tank melewati ranjau yang tertanam, sesualu yang “ajaib” terjadi. Ranjau itu justru meledak amat dahsyat. Tank yang berada di dekatnya langsung hancur. Banyak serdadu Israel meninggal seketika. Sebagian dari mereka harus diangkut oleh helikopter. “Sedangkan saya sendiri dalam keadaan selamat,” kata mujahid itu lagi, melalui lidah khatib. Cerita yang disampaikan oleh seorang penulis Mesir, Hisyam Hilali, dalam situs alraesryoon.com, ikut mendukung kisah-kisah sebelumnya. Abu Mujahid, salah seorang pejuang yang melakukan ribath (berjaga) mengatakan, “Ketika saya mengamati gerakan tank-tank di perbatasan kota, dan tidak ada seorang pun di sekitar, akan tetapi saya mendengar suara orang yang bertasbih dan beritighfar. Saya berkali-kali mencoba untuk memastikan asal suara itu, akhirnya saya memastikan bahwa suara itu tidak keluar kecuali dari bebatuan dan pasir.”
Cerita mengenai “pasukan tidak dikenal” juga datang dari seorang penduduk
rumah susun wilayah Tal Islam yang handak mengungsi bersama keluarganya untuk menyelamatkan
diri dari serangan Israel. Di tangga rumah ia melihat beberapa pejuang
menangis. “Kenapa kalian menangis?” tanyanya. “Kami menangis bukan karena
khawatir keadaan diri kami atau takut dari musuh. Kami menangis karena bukan
kami yang bertempur. Di sana ada kelompok lain yang bertempur
memporak-porandakan musuh, dan kami tidak tahu dari mana mereka datang,”
jawabnya
Saksi Serdadu Israel
Cerita tentang “serdadu berseragam putih” tak hanya diungkap oleh mujahidin
Palestina atau warga Gaza. Beberapa personel pasukan Israel sendiri menyatakan
hal serupa.
Situs al-Qassam memberitakan bahwa TV Chan*nel 10 milik Israel telah menyiarkan seorang anggota pasukan yang ikut serta dalam pertempuran Gaza dan kembali dalam keadaan buta.
“Ketika saya berada di Gaza, seorang tentara berpakaian putih mendatangi saya dan menaburkan pasir di mata saya, hingga saat itu juga saya buta,” kata anggota pasukan ini.
Di tempat lain ada serdadu Israel yang mengatakan mereka pernah berhadapan dengan “hantu”. Mereka tidak diketahui dari mana asalnya, kapan munculnya, dan ke mana menghilangnya.
Masih dari Channel 10, seorang Lentara Israel lainnya mengatakan, “Kami berhadapan dengan pasukan berbaju putih-putih dengan jenggot panjang. Kami tembak dengan senjata, akan tetapi mereka tidak mati.” Cerita ini menggelitik banyak pemirsa. Mereka bertanya kepada Channel 10, siapa sebenarnya pasukan berseragam putih itu?
Situs al-Qassam memberitakan bahwa TV Chan*nel 10 milik Israel telah menyiarkan seorang anggota pasukan yang ikut serta dalam pertempuran Gaza dan kembali dalam keadaan buta.
“Ketika saya berada di Gaza, seorang tentara berpakaian putih mendatangi saya dan menaburkan pasir di mata saya, hingga saat itu juga saya buta,” kata anggota pasukan ini.
Di tempat lain ada serdadu Israel yang mengatakan mereka pernah berhadapan dengan “hantu”. Mereka tidak diketahui dari mana asalnya, kapan munculnya, dan ke mana menghilangnya.
Masih dari Channel 10, seorang Lentara Israel lainnya mengatakan, “Kami berhadapan dengan pasukan berbaju putih-putih dengan jenggot panjang. Kami tembak dengan senjata, akan tetapi mereka tidak mati.” Cerita ini menggelitik banyak pemirsa. Mereka bertanya kepada Channel 10, siapa sebenarnya pasukan berseragam putih itu?
Sudah Meledak, Ranjau Masih Utuh
Di saat para mujahidin terjepit, hewan-hewan dan alam tiba-tiba ikut
membantu, bahkan menjelma menjadi sesuatu yang menakutkan. Sebuah kejadian
“aneh” terjadi di Gaza Selatan, tepatnya di daerah AI Maghraqah. Saat itu para
mujahidin sedang memasang ranjau. Di saat mengulur kabel, tiba-tiba sebuah
pesawat mata-mata Israel memergoki mereka. Bom pun langsung jatuh ke lokasi
itu. Untunglah para mujahidin selamat. Namun, kabel pengubung ranjau dan pemicu
yang tadi hendak disambung menjadi terputus. Tidak ada kesempatan lagi untuk
menyambungnya, karena pesawat masih berputar-putar di atas. Tak lama kemudian,
beberapa tank Israel mendekati lokasi di mana ranjau-ranjau tersebut ditanam.
Tak sekadar lewat, tank-tank itu malah berhenti tepat di atas peledak yang
sudah tak berfungsi itu.
Apa daya, kaum Mujahidin tak bisa berbuat apa-apa. Kabel ranjau jelas tak mungkin disambung, sementara tank-tank Israel telah berkumpul persis di atas ranjau.
Apa daya, kaum Mujahidin tak bisa berbuat apa-apa. Kabel ranjau jelas tak mungkin disambung, sementara tank-tank Israel telah berkumpul persis di atas ranjau.
Mereka merasa amat sedih, bahkan ada yang menangis ketika melihat
pemandangan itu. Sebagian yang lain berdoa, “allahumma kama lam tumakkinna
minhum, allahumma la tumakkin lahum,” yang maknanya, “Ya Allah, sebagaimana
engkau tidak memberikan kesempatan kami menghadapi mereka, jadikanlah mereka
juga lidak memiliki kesempatan serupa.” Tiba-tiba, ketika fajar tiba,
terjadilah keajaiban. Terdengar ledakan dahsyat persis di lokasi penanaman ranjau
yang tadinya tak berfungsi.
Setelah Tentara Israel pergi dengan membawa kerugian akibat ledakan
lersebut, para mujahidin segera melihal lokasi ledakan. Sungguh aneh, ternyata
seluruh ranjau yang telah mereka tanam itu masih utuh. Dari mana datangnya
ledakan? Wallahu a’lam. Masih dari wilayah Al Maghraqah. Saat pasukan Israel
menembakkan artileri ke salah satu rumah, hingga rumah itu terbakar dan api
menjalar ke rumah sebelahnya, para mujahidin dihinggapi rasa khawatir jika api itu
semakin tak terkendali.
Seorang dari mujahidin itu lalu berdoa,”Wahai Dzat yang merubah api menjadi dingin dan tidak membahayakan untuk Ibrahim, padamkanlah api itu dengan kekuatan-Mu.” Maka, tidak lebih dari tiga menit, api pun padam. Para niujahidin menangis terharu karena mereka merasa Allah Subhanuhu wa Ta’ala (SWT) telah memberi pertolongan dengan terkabulnya doa mereka dengan segera.
Seorang dari mujahidin itu lalu berdoa,”Wahai Dzat yang merubah api menjadi dingin dan tidak membahayakan untuk Ibrahim, padamkanlah api itu dengan kekuatan-Mu.” Maka, tidak lebih dari tiga menit, api pun padam. Para niujahidin menangis terharu karena mereka merasa Allah Subhanuhu wa Ta’ala (SWT) telah memberi pertolongan dengan terkabulnya doa mereka dengan segera.
Merpati dan Anjing
Seorang mujahid Palestina menuturkan kisah “aneh” lainnya kepada situs
Filithin Al Aan. Saat bertugas di wilayah Jabal Ar Rais, sang mujahid melihat
seekor merpati terbang dengan suara melengking, yang melintas sebelum
rudal-rudal Israel berjatuhan di wilayah itu.
Para mujahidin yang juga melihat merpati itu langsung menangkap adanya isyarat yang ingin disampaikan sang merpati. Begitu merpati itu melintas, para mujahidin langsung berlindung di tempat persembunyian mereka. Ternyata dugaan mereka benar. Selang beberapa saat kemudian bom-bom Israel datang menghujan. Para mujahidin itu pun selamat.
Adalagi cerita “keajaiban” mengenai seekor anjing, sebagaimana diberitakan situs Filithin Al Aan. Suatu hari, tatkala sekumpulan mujahidin Al Qassam melakukan ribath di front pada tengah malam, tiba-tiba muncul seekor anjing militer Israel jenis doberman. Anjing itu kelihatannya memang dilatih khusus untuk membantu pasukan Israel menemukan tempat penyimpanan senjata dan persembunyian para mujahidin.
Para mujahidin yang juga melihat merpati itu langsung menangkap adanya isyarat yang ingin disampaikan sang merpati. Begitu merpati itu melintas, para mujahidin langsung berlindung di tempat persembunyian mereka. Ternyata dugaan mereka benar. Selang beberapa saat kemudian bom-bom Israel datang menghujan. Para mujahidin itu pun selamat.
Adalagi cerita “keajaiban” mengenai seekor anjing, sebagaimana diberitakan situs Filithin Al Aan. Suatu hari, tatkala sekumpulan mujahidin Al Qassam melakukan ribath di front pada tengah malam, tiba-tiba muncul seekor anjing militer Israel jenis doberman. Anjing itu kelihatannya memang dilatih khusus untuk membantu pasukan Israel menemukan tempat penyimpanan senjata dan persembunyian para mujahidin.
Anjing besar ini mendekat dengan menampakkan sikap tidak bersahabat. Salah
seorang mujahidin kemudian mendekati anjing itu dan berkata kepadanya, “Kami
adalah para mujahidin di jalan Allah dan kami diperintahkan untuk tetap berada
di tempat ini. Karena itu, menjauhlah dari kami, dan jangan menimbulkan masalah
untuk kami.” Setelah itu, si anjing duduk dengan dua tangannya dijulurkan ke
depan dan diam. Akhirnya, seorang mujahidin yang lain mendekatinya dan
memberinya beberapa korma. Dengan tenang anjing itu memakan korma itu, lalu
beranjak pergi.
Kabut pun Ikut Membantu
Ada pula kisah menarik yang disampaikan oleh komandan lapangan Al Qassam di
kamp pengungsian Nashirat, langsung setelah usai shalat dhuhur di masjid Al
Qassam. Saat itu sekelompok mujahidin yang melakukan ribath di Tal Ajul
terkepung oleh tank-tank Israel dan pasukan khusus mereka. Dari atas, pesawat
mata-mata terus mengawasi. Di saat posisi para mujahidin terjepit, kabut tebal
tiba-tiba turun di malam itu. Kabut itu lelah menutupi pandangan mata tentara
Israel dan membantu pasukan mujahidin keluar dari kepungan.
Kasus serupa diceritakan oleh Abu Ubaidah. salah satu pemimpin lapangan Al
Qassam, sebagaimana ditulis situs almesryoon.com. la bercerita bagaimana kabut
tebal tiba-tiba turun dan membatu para mujahidin untuk melakukan serangan. Awalnya,
pasukan mujahiddin tengah menunggu waktu yang tepat untuk mendekati tank-tank
tentara Israel guna meledakkannya. “Tak lupa kami berdoa kepada Allah agar
dimudahkan untuk melakukan serangan ini,” kata Abu Ubaidah.
Tiba-tiba turunlah kabut tebal di tempat tersebut. Pasukan mujahidin segera bergerak menyelinap di antara tank-tank, menanam ranjau-ranjau di dekatnya, dan segera meninggalkan lokasi tanpa diketahui pesawat mata-mata yang memenuhi langit Gaza, atau oleh pasukan infantri Israel yang berada di sekitar kendaraan militer itu. Lima tentara Israel tewas di tempat dan puluhan lainnya luka-luka setelah ranjau-ranjau itu meledak.
Tiba-tiba turunlah kabut tebal di tempat tersebut. Pasukan mujahidin segera bergerak menyelinap di antara tank-tank, menanam ranjau-ranjau di dekatnya, dan segera meninggalkan lokasi tanpa diketahui pesawat mata-mata yang memenuhi langit Gaza, atau oleh pasukan infantri Israel yang berada di sekitar kendaraan militer itu. Lima tentara Israel tewas di tempat dan puluhan lainnya luka-luka setelah ranjau-ranjau itu meledak.
selamat Dengan Al-Qur’an
Cerita ini bermula ketika salah seorang pejuang yang menderita luka
memasuki rumah sakit As Syifa’. Seorang dokter yang memeriksanya kaget ketika
mengelahui ada sepotong proyektil peluru bersarang di saku pejuang tersebut. Yang
membuat ia sangat kaget adalah timah panas itu gagal menembus jantung sang
pejuang karena terhalang oleh sebuah buku doa dan mushaf al-Qur’an yang selalu
berada di saku sang pejuang. Buku
kumpulun doa itu berlobang, namun hanya sampul muka mushaf itu saja yang rusak,
sedangkan proyektil sendiri bentuknya sudah “berantakan”.
Kisah ini disaksikan sendiri oleh Dr Hisam Az Zaghah, dan diceritakannya
saat Festival Ikatan Dokter Yordan sebagaimana ditulis situs partai Al Ikhwan
Al Muslimun. Dr Hisam juga memperlihatkan bukti berupa sebuah proyektil peluru,
mushaf Al Qur’an, serta buku kumpulan doa-doa berjudul Hishnul Muslim yang
menahan peluru tersebut. Abu Ahid, imam Masjid AnNur di Hay As Syeikh Ridzwan,
juga punya kisah menarik. Sebelumnya, Israel telah menembakkan 3 rudalnya ke
masjid itu hingga tidak tersisa kecuali hanya puing-puing bangunan. “Akan
tetapi mushaf-mushaf Al Quran tetap berada di tampatnya dan tidak tersentuh
apa-apa,” ucapnya seraya tak henti bertasbih. “Kami temui beberapa mushaf yang
terbuka tepat di ayat-ayat yang mengabarkan tentang kemenangan dan kesabaran,
seperti firman Allah, ‘Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah
kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila
ditimpa musibah mereka berkata, sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah
kami kembali,”(Al-Baqarah [2]: 155-156),” jelas Abu Ahid sebagaimana dikutip
Islam Online.
Harum Jasad Para Syuhada
Abdullah As Shani adalah anggota kesatuan sniper (penembak jitu) Al-Qassam
yang menjadi sasaran rudal pesawat F-16 Israel ketika sedang berada di pos
keamanan di Nashirat, Gaza.
Jasad komandan lapangan al-Qassam dan pengawal khusus para tokoh Hamas ini “hilang” setelah terkena rudal. Selama dua hari jasad tersebut dicari, ternyata sudah hancur tak tersisa kecuali serpihan kepala dan dagunya. Serpihan-serpihan tubuh itu kemudian dikumpulkan dan dibawa pulang ke rumah oleh keluarganya untuk dimakamkan. Sebelum dikebumikan, sebagaimana dirilis situs syiria-aleppo.com, serpihan jasad tersebut sempat disemayamkan di sebuah ruangan di rumah keluarganya. Beberapa lama kemudian, mendadak muncul bau harum misk dari ruangan penyimpanan serpihan tubuh tadi.
Jasad komandan lapangan al-Qassam dan pengawal khusus para tokoh Hamas ini “hilang” setelah terkena rudal. Selama dua hari jasad tersebut dicari, ternyata sudah hancur tak tersisa kecuali serpihan kepala dan dagunya. Serpihan-serpihan tubuh itu kemudian dikumpulkan dan dibawa pulang ke rumah oleh keluarganya untuk dimakamkan. Sebelum dikebumikan, sebagaimana dirilis situs syiria-aleppo.com, serpihan jasad tersebut sempat disemayamkan di sebuah ruangan di rumah keluarganya. Beberapa lama kemudian, mendadak muncul bau harum misk dari ruangan penyimpanan serpihan tubuh tadi.
Keluarga Abdullah As Shani’ terkejut lalu memberitahukan kepada orang-orang
yang mengenal sang pejuang yang memiliki kuniyah (julukan) Abu Hamzah ini. Lalu,
puluhan orang ramai-ramai mendatangi rumah tersebut untuk mencium bau harum
yang berasal dari serpihan-serpihan tubuh yang diletakkan dalam sebuah kantong
plastik. Bahkan, menurut pihak keluarga, 20 hari setelah wafatnya pria yang tak
suka menampakkan amalan-amalannya ini, bau harum itu kembali semerbak memenuhi
rungan yang sama.
Cerita yang sama terjadi juga pada jenazah Musa Hasan Abu Nar, mujahid Al
Qassam yang juga syahid karena serangan udara Israel di Nashiriyah. Dr
Abdurrahman Al Jamal, penulis yang bermukim di Gaza, ikut mencium bau harum
dari sepotong kain yang terkena darah Musa Hasan Abu Nar. Walau kain itu telah
dicuci berkali-kali, bau itu tetap semerbak. Ketua Partai Amal Mesir, Majdi
Ahmad Husain, menyaksikan sendiri harumnya jenazah para syuhada. Sebagaunana
dilansir situs Al Quds Al Arabi, saat masih berada di Gaza, ia menyampaikan,
“Saya telah mengunjungi sebagian besar kota dan desa-desa. Saya ingin melihat
bangunan-bangunan yang hancur karena serangan Israel. Percayalah, bahwa saya
mencium bau harumnya para syuhada.”
Dua Pekan Wafat, Darah Tetap Mengalir
Yasir Ali Ukasyah sengaja pergi ke Gaza
dalam rangka bergabung dengan sayap milisi pejuang Hamas, Brigade Izzuddin
al-Qassam. Ia meninggalkan Mesir setelah gerbang Rafah, yang menghubungkan
Mesir-Gaza, terbuka beberapa bulan lalu. Sebelumnya, pemuda yang gemar
menghafal al-Qur’an ini sempat mengikuti wisuda huffadz (para penghafal)
al-Qur’an di Gaza dan bergabung dengan para mujahidin untuk memperoleh
pelatihan militer. Sebelum masuk Gaza, di pertemuan akhir dengan salah satu
sahabatnya di Rafah, ia meminta didoakan agar memperoleh kesyahidan.
Untung tak dapat ditolak, malang tak dapat diraih, di bumi jihad Gaza, ia telah memperoleh apa yang ia cita-citakan. Yasir syahid dalam sebuah pertempuran dengan pasukan Israel di kamp pengungsian Jabaliya. Karena kondisi medan, jasadnya baru bisa dievakuasi setelah dua pekan wafatnya di medan pertempuran tersebut. Walau sudah dua pekan meninggal, para pejuang yang ikut serta melakukan evakuasi menyaksikan bahwa darah segar pemuda berumur 21 tahun itu masih mengalir dan fisiknya tidak rusak. Kondisinya mirip seperti orang yang sedang tertidur.
Sebelum syahid, para pejuang pernah menawarkan kepadanya untuk menikah dengan salah satu gadis Palestina, namun ia menolak. “Saya meninggalkan keluarga dan tanah air dikarenakan hal yang lebih besar dari itu,” jawabnya. Kabar tentang kondisi jenazah pemuda yang memiliki kuniyah Abu Hamzah beredar di kalangan penduduk Gaza. Para khatib juga menjadikannya sebagai bahan khutbah Jumat mereka atas tanda-tanda keajaiban perang Gaza. Cerita ini juga dimuat oleh Arab Times.
Untung tak dapat ditolak, malang tak dapat diraih, di bumi jihad Gaza, ia telah memperoleh apa yang ia cita-citakan. Yasir syahid dalam sebuah pertempuran dengan pasukan Israel di kamp pengungsian Jabaliya. Karena kondisi medan, jasadnya baru bisa dievakuasi setelah dua pekan wafatnya di medan pertempuran tersebut. Walau sudah dua pekan meninggal, para pejuang yang ikut serta melakukan evakuasi menyaksikan bahwa darah segar pemuda berumur 21 tahun itu masih mengalir dan fisiknya tidak rusak. Kondisinya mirip seperti orang yang sedang tertidur.
Sebelum syahid, para pejuang pernah menawarkan kepadanya untuk menikah dengan salah satu gadis Palestina, namun ia menolak. “Saya meninggalkan keluarga dan tanah air dikarenakan hal yang lebih besar dari itu,” jawabnya. Kabar tentang kondisi jenazah pemuda yang memiliki kuniyah Abu Hamzah beredar di kalangan penduduk Gaza. Para khatib juga menjadikannya sebagai bahan khutbah Jumat mereka atas tanda-tanda keajaiban perang Gaza. Cerita ini juga dimuat oleh Arab Times.
Terbunuh 1.000, Lahir 3.000
Hilang seribu, tumbuh tiga ribu.
Sepertinya, ungkapan ini cocok disematkan kepada penduduk Gaza. Kesedihan
rakyat Gaza atas hilangnya nyawa 1.412 putra putrinya, terobati dengan lahirnya
3.700 bayi selama 22 hari gempuran Israel terhadap kota kecil ini.
Hamam Nisman, Direktur Dinas Hubungan Sosial dalam Kementerian Kesehatan pemerintahan Gaza menyatakan bahwa dalam 22 hari 3.700 bayi lahir di Gaza. “Mereka lahir antara tanggal 27 Desember 2008 hingga 17 Januari 2009, ketika Is*rael melakukan serangan yang menyebabkan meninggalnya 1.412 rakyat Gaza, yang mayoritas wanita dan anak-anak,” katanya.
Bulan Januari tercatat sebagai angka kelahiran tertinggi dibanding bulan-bulan sebelumnya. “Setiap tahun 50 ribu kasus kelahiran tercatat di Gaza. Dan, dalam satu bulan tercatat 3.000 hingga 4.000 kelahiran. Akan tetapi di masa serangan Israel 22 hari, kami mencatat 3.700 kelahiran dan pada sisa bulan Januari tercatat 1.300 kelahiran. Berarti dalam bulan Januari terjadi peningkatan kelahiran hingga 1.000 kasus.
Hamam Nisman, Direktur Dinas Hubungan Sosial dalam Kementerian Kesehatan pemerintahan Gaza menyatakan bahwa dalam 22 hari 3.700 bayi lahir di Gaza. “Mereka lahir antara tanggal 27 Desember 2008 hingga 17 Januari 2009, ketika Is*rael melakukan serangan yang menyebabkan meninggalnya 1.412 rakyat Gaza, yang mayoritas wanita dan anak-anak,” katanya.
Bulan Januari tercatat sebagai angka kelahiran tertinggi dibanding bulan-bulan sebelumnya. “Setiap tahun 50 ribu kasus kelahiran tercatat di Gaza. Dan, dalam satu bulan tercatat 3.000 hingga 4.000 kelahiran. Akan tetapi di masa serangan Israel 22 hari, kami mencatat 3.700 kelahiran dan pada sisa bulan Januari tercatat 1.300 kelahiran. Berarti dalam bulan Januari terjadi peningkatan kelahiran hingga 1.000 kasus.
Rasio antara kematian dan kelahiran di
Gaza memang tidak sama. Angka kelahiran, jelasnya lagi, mencapai 50 ribu tiap
tahun, sedang kematian mencapai 5 ribu. “Israel sengaja membunuh para wanita
dan anak-anak untuk menghapus masa depan Gaza. Sebanyak 440 anak-anak dan 110
wanita telah dibunuh dan 2.000 anak serta 1.000 wanita mengalami luka-luka.
0 comments:
Post a Comment