Kata ajaib yang mungkin mudah orang mengucapkannya namun tak jarang, banyak orang yang sulit mengerjakannya. kata "santun" dua kata penuh keajaiban yang mampu merubah emosi dan jiwa sesorang. Lwan bisa jadi Kawan, Benci bisa berubah menjadi cinta. sebuah akhlak mulia bernama santun itulah yang menjadi salah satu sikap seorang da'i.kesantunan itulah yang menjadi hiasan setiap langkah dan seruan yang ia keluarkan.
Mungkin kita bisa mengartikan santun itu sebagai kata halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya); sabar dan tenang; sopan; penuh rasa belas kasihan; suka menolong. ataupun mungkin kata lain yang sama dan tak akan jauh dari makna yang ada. Katanlah santun itu bermakna sabar, penuh belas kasihan. Maka sikap seorang penyeru dalam melakukan seruannya pasti akan penuh kesabaran dan belas kasihan, yang dengannya orang akan mengikuti kita.
Kita pasti sudah paham, bahwa pekerjaan
dakwah ini beragam dan banyak ujiannya, maka disinilah kita buktikan bahwa kita
memang orang – orang yang dipilih oleh Allah SWT untuk memperjuangkan Agama ini
dan Bukan kebetulan kita berada dibarisan ini.
Namun , dalam perjuangan ini ada beberapa hal yang kita dapat jadikan sebagai wasilah dalam rangka menyeru kepada jalan Allah, dalam
quran surah al Lukman 20,21,23,.
Tidakkah
kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa
yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir
dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah
tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi
penerangan.qs. luqman 20
Semoga
kita sadar bahwa allah telah memberikan kita modal yang sangat besar dari alam
ini yang dapat kita manfaatkan yang itu tidak diberikan kepada negara – negara
lain selain indonesia. Semoga dengan banyaknya modal ini, dapat kita manfaatkan
untuk mengumpulkan kebaikan dari individu – individu yang berserakan, dan
semoga dengan modal yang besar itu kita dapat menghimpun orang – orang dalam
barisan dan kebenaran yang kita yakini yaitu addinul islam.
Dan
apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan
Allah." Mereka menjawab: "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa
yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya." Dan apakah mereka (akan
mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam
siksa api yang menyala-nyala (neraka)? ( qs. Lukman 21)
Kemudian
pada ayat ini Allah menyebutkan betapa beratnya dalam meyeru orang – orang
kepada kebaikan, digambarkan oleh Allah dengan Jelas “Dan apabila dikatakan kepada
mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah." Mereka menjawab:
"(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak
kami mengerjakannya.". itulah
reaksi dari orang – orang yang ketika kita seru menuju kebaikan. Pada hari ini
kita menghadapi orang – orang yang ketika kita ajak menuju kebaikan melakukan
penolakan – penolakan karena mereka berpandangan pada nilai – nilai lama yang
salah yang itu adalah warisan para pendahulu yang salah.
Namun
kemudian Allah memberikan kunci kemenangan itu pada ayat selanjutnya “ Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat
kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh.
Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.( Qs. Luqman22 )
Dr.
Qurais shihab menyatakan bahwa kata “ innaullah yuhibbul muhsinun “ yang
berarti allah mencintai Orang – orang yang berbuat baik menempati kata
terbanyak dalam Al-quran dibandingkan dengan kata yang serupa misal “ innaullah
yuhibbu minal muttatohirin “ sesungguhnya allah mencintai orang – orang yang
mencudikan diri dan sebagainya. Maka jika kaidah pengulangan kata terbanyak
yang ducapkan itu adalah yang paling dicintai. Maka kata “innaullaha yuhibbu
muhsinin” menunjukan bahwa Allah lebih mencintai orang – orang yang berbuat
kebaikan dari pada orang – orang yang mensucikan diri dan sebagainya.
Maka
kalau kita telusuri, akan banyak kita dapati mukjizat dari kebaikan – kebaikan
yang kita perbuat, misal dalam surat al – an’am 160, Barangsiapa membawa amal yang
baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang
membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang
dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).
Dalam buku cubic leadership penulis
menceritakan bahwa ketika dia baru saja pindah rumah, beliau dikejutkan dengan
banyaknya orang yang mengantarkan jenazah ke pemakaman. Penulis mengira bahwa
orang yang meninggal itu adalah orang penting di kompleks rumahnya. Namun
setalah bertanya pada salah seorang pengantar betapa kagetnya bahwa yang
meninggal adalah seorang penjual makan pagi di depan gerbang kompleks. Setelah
ditelusuri bagaimana mungkin hanya seorang penjual makan pagi saja orang yang
mengantarkan ke makamnya sebanyak itu. Maka penulis mendapati bahwa penjual
makan itu melakukan kebaikan yang sangat luar bisa. Jadi setiap hari jika ada
orang yang tidak mempunyai uang dan belum sarapan, maka beliau kasih itu makan
dengan Cuma – Cuma. Bukan sekali atau dua kali penjual ini melakukannya. Tapi
berulang – ulang sampai akhir hayatnya penjual makan itu. Itulah keajaiban
perbuatan baik. Maka jika kita setiap kader melakukan kebaikan – kebaikan
kepada siapaun orang yang kita temui, maka dengan produktivitas kebaikan itulah
akan banyak orang – orang yang akan bersimpati, berafiliasi dengan dakwah yang
kita lakukan selama ini. Karena kebaikan adalah mukjizat kehidupan..
Kedua
adalah pada Quran surat Fusshilat 33 - 35 “Siapakah yang lebih
baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal
yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
menyerah diri?. Dan tidaklah
sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih
baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan
seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.Sifat-sifat yang baik itu
tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang
besar.”.
Kesekaliannya
Allah mempertikan pertanyaan kepada kita, pertanyaan retotis yang tanpa kita
jawabpun kita sudah memberi jawaban sendiri. Yaitu, bahwa tidak ada yang lebih
baik kalau dia berkata, melainkan perkataannya berisikan da’wah, berisi seruan
yang menginsafkan manusia agar kembali ke jalan yang benar yang telah
digariskan oleh Allah SWT. Apakah ucapan itu kemudian diiringi dengan amalan
shalih, perbuatan yang baik, jasa yang besar ataupun bermanfaat bagi sesama.
Kalau
kita lihat kembali ke lima ayat yang awal, maka akan kita dapati bagaimana
orang – orang kafir menolak da’wah nabi, mereka menutup hati dan telinga dari
cahaya kebenaran. Penolakan mereka karena kesombongan yang bercokol dalam hati
sehingga tidak tersentuhpun hati mereka dengan da’wah yang dilakukan oleh
Rasulullah, sampai beliau berkata "Sesungguhnya aku adalah termasuk
orang-orang yang menyerah diri ?”.
dan
berserah diri adalah makna dari muslim.
Namun
seperti yang telah kita ketahui, bahwa dakwah kepada jalan illahi pasti
mendapat tantangan dan rintangan. Kita telah faham bahwa jalan dakwah ini
bukanlah jalan datar dan bertabur bunga dan penuh wana seindah pelangi. Bukan !
Pastilah akan datang reaksi, bantahan, fitnah dan kadang – kadang disalah artikan.
Maka
disinilah kita belajar bagaimana kita menghadapi para penentang atau orang –
orang yang kurang senang dengan da’wah ini. Dalam ayat ke 34, Allah ingin
mengatakan kepada Nabi Muhammad “ wahai muhammad, lakukankan lah apa yang AKU
perintahkan kepadamu. Balaslah kejahatan orang – orang yang berbuat jahat
kepadmu dengan perbuatan baik. Seperti aku perintahkan orang yang berbuat jahat
kepadmu itu bersikap lemah lembut kepadmu seakan akan ia adalah teman dekatmu
yang berasal dari keluarga dekat mu.
Allah
memerintahkan orang – orang beriman agar bersabar ketika marah dan memaafkan
apabila di sakiti. Jika mereka mampu melakukan ini, maka allah akan pasti akan
menjaga kita dari syaian dan musuh mereka pasti akan tunduk kepada mereka
seakan – akan musuh mereka itu menjadi penolong yang setia.
Pada
ayat selanjutnya Allah memberikan kabar, bahwa orang – orang yang mampu
melakukan perbuatan embelas keburukan dengan kebaikan adalah orang – orang yang
bersabar kaerena Allah., dan emmiliki kesungguhan.
Dalam
suatu riwayat, Abu bakar dicaci maki
oleh seorang laki – laki, sedangkan Rasulullah SAW melihat peristiwa itu. Saat
itu juga Abu bakar memaafkan orang itu, tetapi ternyata kemarahan abu bakar
memuncak ketika laki – laki itu memaki – makinya lagi. Dan ia membalas laki –
laki itu. Rasulullah SAW berdiri. Abu bakar kemudian mengikuti beliau seraya
berkata “ Wahai rasulullah, laki – laki itu telah mencaci maki, lalu aku
memaafkannya. Dan engkau duduk. Ketika aku membalasnya, engkau berdiri wahai
nabi utusan allah”. Rasulullah kemudian menjawab “ sesungguhnya Allah mengutus
malaikat kepada mu. Ketika malaikat itu mendekat, engkau melawan laki - laki
itu, maka malaikat itu pergi alalu datanglah syaitan. Demi allah wahai abu
abak, aku itdak duduk bersama syaitan “.
Ada
kisah menarik berhubungan dengan ayat ini, ada seorang supir taxi yang akhirnya
gagal dibunuh perampok karena dia berbuat baik pada salah satu perampoknya.
Singkat cerita salah satu dari 3 perampok itu ada yang terkilir kemudian sama
sopir taxi itu diurut tangannya hingga dia merasa baik. Setelah melakukan
perampokan dan ketika ingin membunuh sopir itu tadi orang yang tangannya di
urut menyarankan pada dua orang tamannya agar tidak membunuhnya. Hingga
akhirnya tidak jadi dibunuh dan hanya dibuang di tengah persawahan.
Jiwa
manusia sangat ajaib. Tidak jarang menyangkut satu objek pun hatinya bersikap
kontradiktif sampai – sampai “ setiap perasaan betapun agung dan luhurnya,
tetap mengandung benih – benih perasaan yang bertolak belakang dengannya..
karena itu, tidak ada cinta tanpa benci, tidak ada rahmat tanpa kekejaman. “,
demikian ditulis Hamid Thaha al – khaysyab Guru besar Psikologi Universitas Al
– Azhar.
Maka,
apabila seorang memusuhi orang lain dan memperlakukannya secara tidak wajar,
pada waktu yang sama dengan disadari atau tidak ada benih kebaikan dalam
dirinya itu terhadap orang yang dimusuhinya. Namun benih itu ditekan dan
berusaha dipendam oleh yang memusuhi ke bawah sadarnya. Tetapi, bila perlakuan
yang tidak wajar itu dihadapi oleh siapa yang memusuhinya itu dengan lemah
lembut dan bersahabat, kemungkinan besar
sikapnya yang bersahabat dan lemah lembut itu mengundang tumbuhnya benih –
benih kebaikan yang dipendam. “maka tiba – tiba orang yang antaramu dan
antara dia ada permusuhan, akan berubah sikapnya terhadap mu seolah – olah
menjdai teman yang sangat setia”.
Jika
mereka datang dengan rasa benci kita sambut dengan rasa kasih sayang. Mereka
datang dengan marah dan maki – maki, sambutlah dengan tenang dan senyum simpul.
Mereka datang mengajak berkelahi, maka sambutlah dengan mengajak bersahabat.
Hingga kita dapatkan kemenangan budi yang gemilang, membuat musuh menjadi
kawan.
Namun,
Allah memberikan peringatan kepada kita, bahwa sikap diatas tadi. Membalas
kebukuran dengan kebaikan, tidak akan dapat dikerjakan atau dilakukan kecuali
oleh orang – orang yang sabar dan berjiwa besar. Yakni orang – orang yang telah
terbiasa sabar, telah mantap kesabaran dan ketabahannya dan tidaklah
dianugerahkan melainkan pada pemilik keberuntungan yang besar dan kesucian jwa
yang luhur. Orang yang mempunyai jiwa besar ialah orang yang sadar bahwa yang
dia perjuangkan bukanlah untuk dirinya sendiri melainkan untuk kepetingan
tuhannya, Allah SWT. Seolah – olah kita ingin mengatakn kepada semua orang, “
terserahlah pada kalian, kalian ingin memaki – maki, mengumpat ataupun sumpah
serapah kedapa ku. Aku kan terima itu semua. Tetapi jikalau kalian memaki agama
Allah SWT, maka kalian akan mendapat balasan setimpal karena itu”.
Maka
cukuplah keteladan yang diberikan oleh Ali bin Abi thalib ra. Pada suatu hari,
berkelahi dengan orang yahudi. Perkelahian hebat itu akhirnya dimenagkan oleh
Ali bin abi thalib, sedangkan orang yahudi itu tergeletak di tanah dan sahabat
ali kemudian duduk di atas perut orang yahudi tersebut dan hendak menikamnya.
Tiba – tiba orang yahudi tersebut kemudian meludahi wajah Ali bin Abi thalib
samapai basah karenanya dan sahabat ini kemudian diam. Tidak lama kemudian,
beliau pun berdiri dan diambilnya serbannya untuk mengelap ludah yang ada diwajahnya.
Orang yahudi itu keheranan melihat apa yang ada dihadapannya kemudian
bertanya,” mengapa engkau tidak membunuhku ? padahal tadi adalah kesempatan
yang sebaik – baiknya, dan aku meludahi mu tadi karena aku sadauh tak berdaya
lagi melakukan perlawanan”.
Sayyidina
Ali menjwab” saya berkelahi dengan engkau tadi karena mempertahankan agama
Allah. Saya akan membunuh engkau selama engkau menentang Allah. Tetapi setelah
engkau ludahi aku tadi, masalahnya bukan lagi untuk mempertahankan agama Allah.
Ia telah berganti menjadi persoalan pribadi. Aku sangat murka ketika kau
meludahi wajahku tadi. Maka kalau aku membunuh mu karena urusan emosi ku tadi,
tidaklah berarti lagi perjuangan ku. Kalarena tidak lagi mempertahankan Agama
Allah, melainkan diri sendiri”.
Kita
meyakini bahwa dakwah yang kita lakukan banyak musuhnya, banyak orang yang
tidak suka kepada kita. Namun jikalau kita mampu berbuat baik kepada kita,
insya allah pada suatu saat mereka yang nantinya memusuhi kita nantinya kan
menjadi sahabat dekat kita, menjadi saudara dalam memperjuangakan dakwah ini.
Inilah bukti kuasa kesantunan pribadi da’i kita, inilah bukti bahwa kita
bukanlah orang – orang yang memaksa agar orang lain mengikuti kita. Inilah
bukti bahwa jiwa – jwa da’iyah kita selalu mengajak siapaun bersahabat. Inilah
bukti kedewasaan dan kematangan pribadi da’i itu. Maka bagaimana kita
menyikapinya adalah sebuah pertanyaan besar dan apabila kita mampu menjawabnya
dengan tepat, maka akan berbondong – bondong orang yang akan secara ikhlas
mendaftarkan dirinya untuk bergabung dengan jamaah kita.
0 comments:
Post a Comment