“Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurat : 12)
Suatu kali Rasul SAW bertanya kepada para saahabat yang sedang berkumpul di majelis,
”Tahukah kalian apa itu ghibah?’
para sahabat bertanya,”Allah dan Rasul-Nya lah yang mengetahuinya.”
Beliau saw bersabda,”Engkau menyebutkan apa-apa yang tidak disukai oleh saudaramu.’
Beliau saw ditanya,’Apa pendapatmu, jika pada saudaraku itu benar ada apa yang aku katakan?’
beliau saw bersabda,’Jika apa yang engkau katakan itu benar (ada pada saudaramu) maka sungguh engkau telah melakukan ghibah dan jika apa yang engkau katakana itu tidak benar maka engkau telah berdusta.”
mungkin kita kadang tidak sadar, terlalu enak berbicara dan seru sehingga kita membicarakan sesuatu yang jika saudara kita mendengarkannya dia bisa marah, malu atau yang lainnya. Entah di majelis ilmu, dzikir ataupun yang lain. Menyebut nama dengan jelas dan perbuatan yang mungkin saudara kita sudah berusaha menutupinya.
Kadang masalah sepele. Hanya berbeda standar penilain kebaikan seseorang. Contoh bagi kita si A sudah tidak pada jalannya karena sudah tidak menjalankan apa yang dulu kita lakukan bersama. Padahal dengan tidak melakukan perbuatan itu, bagi kita orang yang disekitar kita itu adalah keburukan atau penyimpangan. Tidak masalah ketika itu disampaikan sebagai ibroh tanpa harus menyebutkan namanya dengan jelas. Bukankah Allah telah menyontohkan dalam Al-qur'an?. Coba kita lihat dalam rangkaian kisah Nabi Yusuf, Alquran tidak menyebut nama secara khusus wanita yang menggoda Nabi Yusuf. Al-Quran hanya menyebut istri penguasa, bukan Zulaikah. Meskipun mufasir menemukan nama itu, itupun masih diperselisihkan.
Sudut pandang Ghibah adalah sudut pandang orang yang kita bicarakan,”Engkau menyebutkan apa-apa yang tidak disukai oleh saudaramu.’ Bukan sudat pandang kita pembicara. Bahkan Nabi menegaskan kalupun yang kita bicarakan itu benar, itulan Ghibah.
“Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
Semoga kita terlindungi dari semua itu.
0 comments:
Post a Comment