Sebagai negara kepulauan, Indonesia dikenal sebagai
negara yang memiliki potensi alam yang melimpah. Tidak hanya dari potensi
daratan saja, perairan Indonesia juga turut menjadi potensi yang mampu menjadi
sumber energi alternatif lainnya. Berdasarkan penelitian, perairan Indonesia
dapat diolah menjadi pengganti energi listrik tanpa menyebabkan gas rumah kaca.
Energi tersebut dapat tercipta dari elevasi pasang surut, perbedaan temperatur,
arus, gelombang, dan angin di tepi pantai Indonesia.
Sumber energi yang terbarukan dari laut adalah energi
gelombang, energi yang timbul akibat perbedaan suhu antara permukaan air dan
dasar laut (ocean thermal energy conversion/OTEC), energi yang disebabkan oleh
perbedaan tinggi permukaan air akibat pasang surut dan energi arus laut. Dari
keempat energi ini hanya energi gelombang yang tidak dapat diprediksi
kapasitasnya dengan tepat karena keberadaan energi gelombang sangat bergantung
pada cuaca. Sedangkan OTEC, energi perbedaan tinggi pasang surut serta energi
arus laut dapat diprediksi kapasitasnya dengan tepat di atas kertas.
Indonesia memiliki arus dan gelombang laut yang sangat
potensial untuk dikembangkan. Potensi ini tersebar diberbagai daerah. Untuk
energi gelombang, bagian selatan Jawa dan bagian barat Sumatera merupakan
tempat potensi gelombangnya cukup besar untuk dikembangkan, karena wilayahnya
yang langsung menghadap ke laut lepas, yaitu Samudera Hindia. Untuk
energi dari elevasi pasang surut, daerah paling potensial terdapat di Malaka
dan Digul. Sedangkan untuk pembangkit dari potensi suhu atau lebih dikenal sebagai Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC),
Indonesia berpotensi di daerah perairan Bali, Sulawesi hingga perairan Papua.
Hal ini terjadi karena Indonesia bagian barat memiliki lautan yang dangkal
sehingga perbedaan suhunya tidak cukup signifikan, berbeda dengan perairan di
daerah timur Indonesia yang kedalamannya cukup besar. Sementara potensi angin
pesisir tersebar di daerah selatan Jawa dan Nusa Tenggara Barat.
Keuntungan penggunaan energi arus laut adalah selain ramah lingkungan, energi ini juga mempunyai intensitas energi kinetik yang besar dibandingkan dengan energi terbarukan yang lain. Hal ini disebabkan densitas air laut 830 kali lipat densitas udara sehingga dengan kapasitas yang sama, turbin arus laut akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan turbin angin. Keuntungan lainnya adalah tidak perlu perancangan struktur yang kekuatannya berlebihan seperti turbin angin yang dirancang dengan memperhitungkan adanya angin topan karena kondisi fisik pada kedalaman tertentu cenderung tenang dan dapat diperkirakan.
Keuntungan penggunaan energi arus laut adalah selain ramah lingkungan, energi ini juga mempunyai intensitas energi kinetik yang besar dibandingkan dengan energi terbarukan yang lain. Hal ini disebabkan densitas air laut 830 kali lipat densitas udara sehingga dengan kapasitas yang sama, turbin arus laut akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan turbin angin. Keuntungan lainnya adalah tidak perlu perancangan struktur yang kekuatannya berlebihan seperti turbin angin yang dirancang dengan memperhitungkan adanya angin topan karena kondisi fisik pada kedalaman tertentu cenderung tenang dan dapat diperkirakan.
Kekurangan dari energi arus laut adalah output-nya mengikuti grafik
sinusoidal sesuai dengan respons pasang surut akibat gerakan interaksi
Bumi-Bulan-Matahari. Pada saat pasang purnama, kecepatan arus akan deras
sekali, saat pasang perbani, kecepatan arus akan berkurang kira-kira setengah
dari pasang purnama. Kekurangan lainnya adalah biaya instalasi dan
pemeliharaannya yang cukup besar. Kendati begitu bila turbin arus laut
dirancang dengan kondisi pasang perbani, yakni saat di mana kecepatan arus
paling kecil, dan dirancang untuk bekerja secara terus-menerus tanpa reparasi
selama lima tahun, maka kekurangan ini dapat diminimalkan dan keuntungan
ekonomisnya sangat besar. Hal yang terakhir ini merupakan tantangan teknis
tersendiri untuk para insinyur dalam desain sistem turbin, sistem roda gigi,
dan sistem generator yang dapat bekerja secara terus-menerus selama lebih
kurang lima tahun
Menurut Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI) pada tahun 2011 telah melakukan
pendataan potensi energi listrik yang bisa dihasilkan dari laut, antara lain,
Arus pasang surut memiliki potensi teoritis sebesar 160 gigawatt (GW), potensi
teknis 22,5 GW, dan potensi praktis 4,8 GW. Gelombang laut mempunyai potensi
teoritis 510 GW, potensi teknis 2 GW, dan potensi praktis 1,2 GW. Serta panas
laut memiliki potensi teoritis 57 GW, potensi teknis 52 GW, dan potensi praktis
43 GW.
Selama ini belum ada badan khusus yang menangani pemanfaatan energi
laut, mulai dari studi awal hingga pembuatan prototipe bahkan sampai skala
besar. Namun sampai hari ini, untuk melakukan riset dan pengkajian potensi
energi yang ada di laut silakukan oleh Puslitbang P3GL yang pada tahun 2005
berkolaborasi dengan Program Studi Oceanografi ITB. Pengukuran arus laut
dilakukan menggunakan ADCP (Accoustic Doppler Current Profiler) di Selat Lombok
dan Selat Alas dalam kaitan dengan rencana penyiapan lokasi dan instalasi untuk
Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) model Turbin Kobold buatan Italia
yang berkapasitas 75-300 kW di bawah koordinasi Kementerian Riset dan
Teknologi.
Potensi Arus Laut di Indonesia
Sebagai negara yang secara geografis berada di antara dua samudera,
Hindia dan Pasifik. Indonesia merupakan salah satu negara yang dilewati oleh
Arus Lintas Samudera yang mempunyai potensi kecepatan arus yang kencang. Istilah
itu disebut ARLINDO (Arus Lintas Indonesia).
Arlindo (arus lintas indonesia)adalah arus dari Samudra Pasifik ke
Samudra Hindia lewat selat-selat yang
disebabkan oleh perbedaan Tinggi Paras Laut antara kedua samudra tersebut.
Arlindo merupakan bagian penting dalam sirkulasi samudra dunia dalam
penghantaran panas (heat). Massa air yang terangkut oleh Arlindo dipengaruhi
oleh adanya El Niño dan La Niña. Dampak El Niño dan La Niña terhadap kehidupan
di laut Nusantara belum banyak dikaji. Terdapat beberapa kenyataan yang
menunjukkan terjadinya pemutihan karang (coral bleaching) yang dapat dikaitkan dengan
El Niño. Kajian terintegrasi mengenai El Niño perlu ditingkatkan untuk
mengantisipasi dampak negatif yang dapat ditimbulkannya.
Terjadinya arlindo terutama disebabkan oleh bertiupnya angin pasat
tenggara di bagian selatan Pasifik dari wilayah Indonesia. Angin tersebut mengakibatkan permukaan bagian
tropik Lautan Pasifik Barat lebih tinggi dari pada Lautan Hindia bagian
timur. Hasilnya terjadinya gradien
tekanan yang mengakibatkan mengalirnya arus dari Lautan Pasifik ke Lautan
Hindia. Arus lintas Indonesia selama
Muson Tenggara umumnya lebih kuat dari pada di Muson Barat Laut.
Gordon et al. (1994) mengatakan bahwa massa air Pasifik masuk kepulauan
Indonesia melalui 2 (dua) jalur utama, yaitu:
1. Jalur barat dimana massa
air masuk melalui Laut Sulawesi dan Basin Makasar. Sebagian massa air akan
mengalir melalui Selat Lombok dan berakhir di Lautan Hindia sedangkan sebagian
lagi dibelokan ke arah timur terus ke Laut Flores hingga Laut Banda dan
kemudian keluar ke Lautan Hindia melalui Laut Timor.
Rangkaian tahapan study potensi arus laut oleh EMEC
Pada intinya ada beberapa tahapan yang harus dilakukan sebelum pada
menentukan pemilihan lokasi yang ada;
|
a. Regional Assessment
Pada tahap ini harus dilakukan penelitian
secara data sekunder untuk melihat kondisi regional perairan dengan segala
parameter yang ada. Data – data sekunder yang representatif dapat didapat dari
BMKG, NOAA, ICMWF dan lain-lain dimana menyediakan secara real atau record arus
permukaan perairan di suatu wilayah dalam waktu tertentu.
b. Site – Assessment – Pre-Feasibility
Pada tahap selanjutnya setelah kita
mengetahui bagaimana karakteristik perairan (pasang surut, arus dan gelombang)
di wilayah yang menurut kita berpotensi adalah melakukan Pra-Study kelayakan
dari tempat yang akan kita pilih. Pada tahap ini, data mulai dilengkapi dengan
data sekunder yang lebih me-regional dalam sekup kecil, misal estuari atau
selat. Bisa juga dilakukan pengukuran arus lebih detail dalam 1 piantan, debit
aliran sungai jika di daerah muara, batimerti dan lain-lain.
c. Site – Assessment – Full-Feasibility
Pada tahapan ini, kajian sudah mulai
dilakukan dengan kompleks dan data – data yang diperlukan sudah harus sangat
representatif tentang wilayah yang akan kita bangun pembangkit listrik tenaga
arus laut.
Misal data yang sudah harus ada adalah;
1.
Batimetri
2.
Pasang surut
minimal 1 piantan, lebih bagus 2 piantan.
3.
Arus perairan
yang diukur dalam waktu minimal 1 piantan dan dilakukan per kedalaman perairan
4.
Gelombang
5.
Densitas
6.
Suhu
7.
Peta RTRW,
Zona perairan yang dikeluarkan oleh Dinas terkati (Dinas Pu atau KKP)
8.
Kebutuhan
Listrik wilayah sekitar
Tentang data pasang surut, hal ini sangat diperlukan dalam waktu yang
panjang karena pada dasarnya mampu digunakan untuk memprediksi kondisi pasang
surut wliyah tersebut dengan mencari nilai – nilai konstanta pasang surutnya. Selain
itu juga, pasang surut mampu digunakan untuk melihat kondisi arus perairan. Bagaimana
kondisi arus saat pasang dan surut serta besar kecepatannya.
Analisa pasang surut bulanan dan harian |
Karakteristik arus saat terjadi pasang dan surut |
Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah penggunaan
pemodelan numerik hidrodinamika perairan dengan menggunakan software pemodelan
numerik pantai dan laut seperti tabel dibawah ini. Kegunaan pemodelan ini adalah kita dapat memprediksi pola dan besarnya
kecepatan arus yang akan terjadi selama satu tahun dengan melihat karakteristik
pasang surut yang terjadi perairan tersebut. Sehingga kita tidak perlu susah
mengukur kecepatan arus selama satu tahun.
Contoh Software Ocean Numerical Modeling |
Setelah kita ketahui karakteristik dan kecepatan arus yang ada, kita
dapat hitung berapa besar potensi listik yang dapat dihasilkan oleh arus yang
berada di perairan tersebut dengan menggunakan persamaan yang telah digunakan
dalam EMEC, yaitu dengan menghitung nilai APD (avarage power density)
Dimana ;
U adalah kecepatan arus
Vrmc adalah akar pangkat 3 dari kecepatan arus
Setelah kita dapat mengetahui besarnya potensi arus yang dapat dihasilkan maka selanjutnya dalah tahapan
d. Site Assessment - Design Development
Merancang alat dan pemasangan sesuai kondisi batimetri perairan dan kedalaman potensi arus maksimal yang ada.
Sumber
European Marine Energy Center - Guide
http://www.kompasiana.com/geshayuliani/energi-laut-alternatif-penyedia-sumber-energi-terbarukan_551abf8681331137489de0e3
http://www.energibersama.com/index.php/2015/09/15/duh-indonesia-belum-manfaatkan-potensi-besar-energi-gelombang-laut/
0 comments:
Post a Comment