[Seri Ushul Isyrin]
Asas Pertama
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
. Al-Maidah 3
الإِسْلاَمُ نِظَامٌ شَامِلٌ يَتَنَاوَلُ مَظَاهِرُ الْحَيَاةِ جَمِيْعًا فَهُوَ دَوْلَةٌ وَوَطَنٌ أَوْ حُكُوْمَةٌ وَأُمَّةٌ، وَهُوَ خُلُقٌ وَقُوَّةٌ أَوْ رَحْمَةٌ وَعَدَالَةٌ، وَهُوَ ثَقَافَةٌ وَقَانُوْنٌ أَوْ عِلْمٌ وَقَضَاءٌ، وَهُوَ مَادَةٌ وَثَرْوَةٌ أََوْ كَسْبٌ وَغِنَى، وَهُوَ جِهَادٌ وَدَعْوَةٌ أَوْ جَيْشٌ وَفِكْرَةٌ، كَمَا هُوَ عَقِيْدَةٌ صَادِقَةٌ وَعِبَادَةٌ صَحِيْحَةٌ سَوَاءٌ بِسَوَاءٍ
Islam adalah agama yang menyeluruh, mencakup semua bidang kehidupan; Islam adalah negara dan watan atau pemerintah dan umat. Akhlak dan kekuatan atau rahmat dan keadilan. Pengetahuan dan undang-undang atau ilmu dan kehakiman. Kebendaan dan harta atau usaha dan kekayaan. Jihad dan dakwah atau tentara dan fikrah. Akidah yang benar dan ibadah yang sah tidak kurang tidak lebih.
Seperti yang telah di muqodimah sebelumnya, bahwa munculnya risalah ushul isyrin ini adalah jeritan kegelisahan imam syahid hasan Albanna yang melihat dunia islam dan umat muslim sudah mulai teracuni sekulerisme yang di mulai sejak runtuhnya khilafah utsmani di Turki. Jamaah Ikhwanul Muslimin berdiri di kota Ismailiyah, Mesir pada Maret 1928, dua tahun setelah runtuhnya khilfah utsmani oleh gerakan turki muda yang berhaluan sekuler di bawah pimpinan Kemal Pasha dan dukungan penuh dari freemason.
Hegemoni kelompok sekuler begitu cepat menyebar ditubuh umat islam, dunia islam yang saat itu merasa kecil, sebagai bangsa inferior kemudian bersikap terbuka menerima gagasan sekuler untuk memajukan negaranya. Sebab nilai sekularisme yang memposisikan negara dan agama pada kutub yang saling bersebrangan dan bertolak belakang sehingga membuat umat islam semakin jauh dari islam. Hal ini oleh Hasan Albanna dianggap sebagai sesuatu yang serius dan harus segera ditanggapi agar umat islam tidak semakin larut dalam arus sekularisme, nasionalisme dan isme - isme yang lain. Oleh sebab itulah didalam poin - point penjelasan pada asas pertama ini, Imam Hasan Albanna mencoba menjelaskan bagaimana kedudukan isme - isme yang lain di hadapan Islam.
Kita harus tahu, bahwa gerakan pembaharuan Hasan Albanna adalah sebuah gerakan yang sudah terinspirasi sebelumnya dari sang guru gerakan pembaharuan islam (pan islamisme), Muhammad abduh dan Jamaluddin Alafgani (1839-1897). Mau tidak mau, kita harus mengakui bahwa inspirasi gerakan pembahuan pada dekade 1920-an adalah gerakan - gerakan yang terispirasi dari kedua tokoh pembaharu itu. Sebutlah Muhammadiyah (1911), Serekat Islam (1911) dan Jamaah Alkhairiyah (1906) yang menyebar di Indonesia, adalah gerakan - gerakan yang melanjutkan pemikiran pembaharuan kedua tokoh tersebut dengan konteks masing - masing wilayah garapan.
Hasan Albanna sendiri masih mempunyai hubungan erat dengan Muhammad Abduh dalam proyek tafsir almannar, tafsir yang mengabungkan ayat, ilmu pengerahuan dan kondisi realita muslim saat itu. Bahkan Hasan Albanna masih sempat melanjutkan sampai surat ke 13 tafsir Almannar setelah Muhammad Abduh wafat dan sebelum dibredelnya penerbitan brosur pekanan tafsir almannar.
Islamic World View
Asas pertama dalam duapuluh prinsip dakwah ikhwanul muslimin yang coba digariskan oleh Imam Hasan Albanna adalah tentang Islam sebagai suatu cara pandang dalam kehidupan dan memposisikan islam sebagai agama yang sempurna untuk menakar pemikiran apapun. Meminjam Istilah Prof. Syaih Nuquib AlAttas sebagai Islamic World View, cara pandang islam, ru'yatul islam lil wujud, bagaimana islam memandang sesuatu yang wujud. Sebab syumuliyatul Islam yang digambarkan oleh Hasan Albanna pada kalimat "Islam adalah agama yang menyeluruh, mencakup semua bidang kehidupan".
Rumusan yang sangat tepat karena islam adalah antitesa dari sekularisme. Musuh terbesar sekularisme adalah agama dan kepercayaan terhadap sesuatu yang tidak tampak. Disisi lain Dakwah Ikhwan juga memperlihatkan bahwa tidak ada dikotomi antara dunia dan akhirat, duniawi dan ukhrowi. Semua adalah kesatuan dalam rangka menjadi kholifah fil ardh. sampai beliau dalam asas pertama ini memberikan contoh yang detail terkait kesempurnaan islam sebagai sebuah padangan hidup.
" Islam adalah negara dan watan atau pemerintah dan umat. Akhlak dan kekuatan atau rahmat dan keadilan. Pengetahuan dan undang-undang atau ilmu dan kehakiman. Kebendaan dan harta atau usaha dan kekayaan. Jihad dan dakwah atau tentara dan fikrah."
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Ali Imran 19
Mengapa Kemudian Imam Hasan Albanna menjadikan asas pertama adalah islamic world view ? hal ini tentu karena islam merupakan agama yang mempunyai karakteristik; Islam adalah Agama Wahyu, Islam adalah agama yang bersumber pada wahyu dan bukan hasil spekulasi atau pengalaman hidup, Islam bukan hasil ijtihad manusia. Islam yang berdasarkan wahyu sehingga nilai - nilai yang terkandungnya adalah bersifat kekal, tidak berubah. Selain itu dari segi nama "islam" merupakan nama yang langsung Allah berikan dan pengikutnya disebut sebagai muslim.
Disisi lain, islam memberikan posisi akal pada maqomnya, yang berbeda dengan sekuler yang membebaskan akal tanpa batas bahkan sampai menilai tuhan. Kendati demikian, maqom akal dalam islam harus kita pahami bahwa keseluruhan dari aqidah ini mendapat pembenaran dari akal dan dikukuhkan oleh analisa yang benar. oleh karena itulah, Allah memuliakan akal dengan menjadikannya sebagai salah satu syarat mukallaf (pemikul beban syariat). Islam menjadikannya sebagai faktor adanya taklif (kewajiban menjalankan agama) dan memerintahkannya untuk selalu meneliti, menganalisa, dan berpikir. Allah swt. Berfirman.
قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا تُغْنِي الْآَيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ
“Katakanlah, ‘Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman. ” (Yunus: 101)
أَفَلَمْ يَنْظُرُوا إِلَى السَّمَاءِ فَوْقَهُمْ كَيْفَ بَنَيْنَاهَا وَزَيَّنَّاهَا وَمَا لَهَا مِنْ فُرُوجٍ . وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ . تَبْصِرَةً وَذِكْرَى لِكُلِّ عَبْدٍ مُنِيبٍ . وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا فَأَنْبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ . وَالنَّخْلَ بَاسِقَاتٍ لَهَا طَلْعٌ نَضِيدٌ . رِزْقًا لِلْعِبَادِ وَأَحْيَيْنَا بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا كَذَلِكَ الْخُرُوجُ
“Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya, dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikit pun? Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah). Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, untuk menjadi rezeki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan.” (Qaaf 6-11)
Pada bagian akhir kalimat pada asas pertama ini, Imam Hasan Albanna coba menegaskan kembali posisi antara hakekat dan syari'at secara benar.Akidah yang benar dan ibadah yang sah tidak kurang tidak lebih. Maka kalau kita lihat penjelasan dalam risalah 'aqoid akan kita dapati penjelasan tentang aqidah yang oleh beliau ditegaskan dalam asas pertaman ini dan beberapa point dalam risalah Alfahmu.
Pada bagian akhir kalimat pada asas pertama ini, Imam Hasan Albanna coba menegaskan kembali posisi antara hakekat dan syari'at secara benar.Akidah yang benar dan ibadah yang sah tidak kurang tidak lebih. Maka kalau kita lihat penjelasan dalam risalah 'aqoid akan kita dapati penjelasan tentang aqidah yang oleh beliau ditegaskan dalam asas pertaman ini dan beberapa point dalam risalah Alfahmu.
Point penekanan pada risalah pertama ini adalah Islam sebagai agama yang sempurna hendaknya dijadikan oleh seluruh umat islam dalam mamandang apa - apa yang baru, diluar islam. Sehingga bisa dikatakan islam adalah filter dari semua paham - paham yang berada diluarnya. Sehingga umat islam tidak bersikap ekstrem menolak atau menerima apa pun yang berada diluarnya tetapi cara pandang islam menjadi filter dari itu semua. kedua islam sebagai agama yang menyeluruh hendaknya diterapkan dalam segala aspek kehidupan tanpa terkecuali.
waullahu 'alam bishowab
0 comments:
Post a Comment