“mosok tho le, sirah iki sing nggone ng nduwu, diseleh ngisor gawe
sujud laing sitik kapeng limo sedino. Mosok gusti gak wenehi opo sing dadi
pangerepe awake dewe ?”
Tiba-tiba teringat kata-kata itu
lagi, sebuah kata yang pernah terdengar indah dan menggugah hati 3 tahun silam.
Sebelum kaki ini menginjakan kaki di bumi pahlawan. Kata-kata yang ku dapat
dari seorang kakak kelas setelah dia melakukan perjalanan “tour de Java”.
Petuah dari seorang bapak yang sudah sangat berumur ketika mereka berbincang
dalam kereta. Diusia senjanya bapak
tersebut telah menuai hasil dari kerja kersanya ndidik anak sampai wes dadi
wong. 5 orang anaknya telah dia antar menjadi orang-orang sukses dan
mempunyai jabatan yang dibilang tinggi. Padahal kalau kita pikir, dengan
pekerjaan yang seadanya, tidak mungkin bisa. Tapi bapak itu optimis, gusti iku gak bakal nelantarne hambane.
Mosok gusti gak bakal wenehi opo sing dadi pengerepe awake dewe,
padahal sirah iki wes diseleh ngiisor, sujud sembahyang ngagungake gusti Allah.
Seolah baru kemarin sore aku
mendapatkan kta-kata itu di serambi masjid sekolah, saat melepas lelah menunggu
sore untuk pulang. Sekarnag kata-kata itu terbukti untuk kedua kalinya dan ku
rasakan dengan momen yang sama. Sepanjang perjalan kata itu terus
menggantung dalam pikiran, memenuhi
semua ruang kosong dalam kepala,beriring lisan yang tak pernah lepas dari
syukur. air di sudut mata seolah menjadi pamungkas dari lisan yang lagi bisa
mengucapkan syukur betapa senangnya hati.
Belum genap satu bulan mungkin,
tapi do’a lan pangerepe ati iku kedadian.
Bermula dari cerita-cerita tentang kalimantan saat seorang kakak angkatan
sedang pulang kampung. Berkisah tentang
kalimantan dan segala eksotis alam borneo. Ati
iki langsung krenteg pengen lan ndungo.Kapan ya bisa jalan-jalan ke Borneo
?. Jadi pengen KP ke daerah sana, sambil jalan-jalan menjelajah indonesia. “Ya
insya allah, nanti kan ada FSNAS di Kalimantan Barat” kata kakak tersebut. Kapan ya bisa ke kalimantan ? pertanyaan yang
akhirnya hilang dalam tidur dan tetap menjadi keinginan, do’a yang entah kapan
akan dijawab oleh Allah.
Lakoning urip iku gak iso mung
semono ae, 1+1 iku durung mesti 2. Gak enek sing ngerti opo sing bakal
kedadean sesok isuk. Kejadian hidup itu memang penuh misteri dan penuh
kejutan-kejutan bersama dengan dinamika kehidupan, siang malam itu setiap hari
berbeda. Hari esok pun tidak ada yang mengira, bahwa pertanyaan “kapan ya bisa ke kalimantantan?” itu terjawab,
dibayar lunas oleh Gusti Allah. Tepat di siang itu, Rabu 19 Juni 2013, do’a itu
terkabulkan persis dengan apa yang dulu diminta. Bisa ke kalimantan, gratis
pula. Allah telah menghadiahkan itu, ada penelitian yang bisa dijadikan tugas
Akhir disana, dengan tema besar sama persis dengan apa yang sedang tak ingin
kan untuk kerja Praktik di Pleindo III, SEDIMENTASI. Tim penelitian masih butuh
orang yang bisa membantu, dan alhamdulillah bisa bergabung sekaligus dapat
Judul Tugas Akhir. Bibir ini kelu, kaku. Mesti tidak ada tulangnya.
Alhamdulillahh..........
Apa yang kau minta tak akan terhalang selama kau memintanya kepada
Tuhan mu. Namun, apa yang kau minta tak akan datang selama kau mengandalkan
dirimu ( Ibnu Atha’ilah)
“Bedo’alah kepada KU, makan AKU
akan mengabulkannya”
“dan mendekatlah kepada Ku
dengan sabar dan sholat”
“maka nikmat tuhan mu manakah
yang kamu dustakan ?”
19 Juni 2013
0 comments:
Post a Comment