Jangan kau meninggalkan zikir (mengingat
Allah) hanya karena ketidakhadiran hatimu dihadapan Allah saat berzikir!
Kelalaianmu dari zikir kepada-Nya lebih buruk daripada kelalaian hatimu disaat
zikir kepada-Nya. Semoga Allah berkenan mengangkatmu dari zikir yang disertai
kelalaian menuju zikir yang disertai kesadaran; dari zikir hati, sari yang
disertai hadirnya hati menuju zikir yang mengabaikan selain yang diingat
(Allah). “Dan yang demikian itu bagi Allah tidaklah sukar”(Qs. Ibrahim: 20)
(Ibnu Atho’illah)
Inilah tangga bertingkat dalam amal manusia,
bahwa amalan itu terlihat dhahir dan sampai terasa sampai batin. Dalam
melakukan amalan, seseorang akan bertingkat-tingkat rasanya meskipun amalannya
sama. Jika orang awam yang melakukannya, beda nilainya dengan seorang alim yang
melakukannya. Dan disitulah kelebihan bagi orang-orang yang berilmu.
Namun, bukan berarti dengan tidak bisanya
kita mencapai tingkatan amal yang bernilai dengan apa yang dilakukan orang
alim, kita tidak melakukan amalan tersebut. Memang Hakekat itu penting, tapi
menuju pada tingkat hakekat itu perlu dilewatinya tangga syari’at. Seperti
ungkapan yang sering kita dengar, “Syari’at tanpa hakekat adalah buta, hakekat
tanpa syari’at adalah sesat”. Seorang melakukan amalan seharusnya mengetahui
apa sebenarnya hakekat dari apa yang ia kerjakan. Karena jika tidak ia
mengetahui akan hakekat dari apa yang ia kerjakan, maka tidak akan ada
perubahan dari apa yang ia kerjakan. Juga dengan sudahnya kita mengetahui
hakekat dari sebuah amal, bukan berarti kita meninggalkan syari’at, karena
sejatinya semua perintah-perintah itu berupa syari’at yang harus dikerjakan
tanpa menyinggung langsung hakekatnya. Sedangkan hakekat itu adalah olah rasa
dan ilmu dari inti amalan-amalan yang dikerjakan.
Ibnu Atho’illah telah mengingatkan kepada
para muridnya, bahwa zikir yang intinya mengingat Allah dengan hati yang sadar
adalah penting. Namun jangan meninggalakan zikir meskipun belum bisanya diri
kita menghadirkan hati-hati kita dalam setiap zikir tersebut. Melalaikan zikir
lebih buruk dari pada tidaknya kita menghadirkan hati dalam zikir, meskipun
inti zikir adalah menghadirkan hati untuk mengingat Allah.Ibnu Atho’illah
mengingatkan pentingnya tetap melakukan syari’at meskipun hati belum bisa hadir, karena dengan
tetap melakukan zikir-zikir tersebut, hati ini sedikit demi sedikit akan dibawa
menuju tangga hakekat. Sehingga sang alim berkata dari zikir hati, sari yang disertai hadirnya
hati menuju zikir yang mengabaikan selain yang diingat (Allah).
0 comments:
Post a Comment