Hari ini, suasana warung PH KED tidak seperti biasanya.
Obrolan dan kelarak hangat berganti dengan perbincangan yang berbobot.
Melanjutkan tema diskusi sebelumnya di warung kopi sebelah yang belum selesai
padahal warung kopi sudah hampir tutup karena sudah tidak ada lagi air panas.
Diskusi KAMERAD (KAjian MEmbangun peRADaban) malam itu adalah "Masa
pencerahan eropa, revolusi industry dan dampaknya sampai Hari ini".
Memperdalam pembahasan sebelumnya, bahar selaku moderator memberikan sedikit
muqadimah terkait tema itu.
“Perubahan fisik bumi yang Sekarang ini dipercaya sebagai
salah satu dampak Dari adanya revolusi industry yang bermula Dari inggris dan
perancis. Setelah ditemukannya peralatan modern yang merupakan salah satu hasil
Dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang berkembang di eropa adalah salah
satu dampak Dari abad pencerahan. Abad pencerahan barat adalah waktu dimana
kekuasaan gereja yang merupakan representasi tuhan di dunia sudah mulai hilang.
Sebagai contoh dari dampak revolusi Industri adalah
imperialism. Jumlah Produksi yang tinggi dari sebuah produk berbanding lurus
dengan perluasan pasar dan penambahan bahan jumlah baku. Slogan penjajahan yang
terkenal adalah Gold, Glory dan Gospel. Gold adalah lambang mencari bahan baku
dan perluasan pasar sehingga pundi – pundi emas mereka akan bertambah berlipat
– libat. Disisi lain, perkembangan ideology mulai muncul adalah bentuk perlawanan
dengan adanya eksploitasi pekerja akibat kerja yang tidak wajar dari para
kapitalis di Industri. Munculnya perlawanan kelas sosial, Proletar terhadap
kaumbourjuis yang digagas oleh Karl Marx.
Revolusi Industri merupakan efek dari perkembangan ilmu
pengetahuan di barat. Para ilmuan kemudian mulai berani untuk bereksperimen
tanpa takut menemui nasib seperti Galileo Galilei. Masa kebangkitan ilmu
pengetahuan di eropa disebut masa pencerahan atau renaissance pada abad ke 14
dengan ditandai runtuhnya pengaruh geraja pada saat itu. Gereja yang merupakan
representasi tuhan, dimana sabda Paulus adalah Firman Tuhan sudah tidak berlaku
lagi.
Kalau kita runut, kita akan menemukan banyak sekali jejak –
jejak akibat dari masa pencerahan eropa dan revolusi Indutri. Mulai dari sistem
masyarakat dengan entitas terkecil yaitu keluarga, sistem politik, ilmu
pengetahuan sampai dengan agama pun tidak luput dari renaissance effect.
Sekularisasi ilmu pengetahuan oleh ilmuan barat merupakan
trauma barat terhadap agama, sehingga agama perlu di keluarkan dalam pembahasan
ilmu pengetahuan. Itulah yang kemudian kita kenal dengan “ilmu pengetahuan
bebas nilai atau nihil nilai”, artinya ilmu tidak ke kanan atau ke kiri. Ilmu
pengetahuan itu netral tanpa ada nilai kebaikan, keburukan dan ideology apapun.
“Kita mengenal teori “tuhan pensiun”, Mbak Dian menambahkan
penjelasan. Teori tuhan pensiun itu digambarkan oleh ilmuan barat seperti
tukang jam. Tukang jam ketika telah membuat jam dan jam tersebut dapat berjalan
sendiri, kemudian tukang jam tidak perlu ikut menjalankan jam itu. Tukang jam
sudah pensiun dari pekerjaannya, sebab jam sudah dapat berjalan. Tuhan telah
“pensiun” setelah membuat semesta ini sebab alam telah berjalan sesuai hukum
alam.
Seperti seorang stephen hawking dalam the grand design, dia
mengatakan bahwa Tuhan tidak ada hubungannya dalam penciptaan alam semesta ini.
Hawking yang ateis menjelaskan bahwa ada hukum alam, seperti gravitasi, alam
semesta bisa mencipta dirinya sendiri.
Pertanyaan besarnya adalah apakah benar ilmu pengetahuan itu
bebas nilai? dan bagaimanakah islam memandang itu ?.
Ilmu pengetahuan tidak bebas nilai, ia membawa nilai yang
menjadi latarbelakang munculnya. Sebagai contoh, ilmu pengetahuan barat yang
bebas tuhan menjadikan ilmuan hanya terbatas pada penglihatan fisik,
materialistic. Nilai matrialistik adalah nilai bawaan dari ilmu pengetahuan
barat. Sedangkan seorang muslim tidaklah menganggap ilmu pengetahuan bebas
nilai, ilmu pengetahuan adalah alat untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Ibarat rambu lalu lintas penunjuk, Surabaya ke arah kanan,
yang kita pahami adalah Surabaya bukan ada pada tanda itu, Surabaya nya mungkin
masih jauh ke kanan sana. Dan itulah yang membedakan ilmuan muslim dan ilmuan
barat, seorang muslim melihat alam semesta adalah tanda – tanda kebesaran
Tuhan, sehingga dalam meneliti alam semesta haruslah mengantarkan pada Tuhan.
Jadi, ilmu tidaklah bebas nilai, ada muatan ideology di dalamnya.
Kang Uje coba memberikan penjelasan, bahwa sebenarnya ilmu
tidaklah bebas nilai. Ulama – ulama terdahulu telah banyak berkontribusi pada
ilmu pengetahuan yang sekarang berkembang. Seperti yang pernah kita ketahui,
bahwa saat eropa mengalami masa kegelapan, hidup penuh mistis, dunia timur
telah maju dengan ilmu pengetahuanya. Kita tahu bahwa hutang terbesar barat
adalah meraka dapat belajar ilmu – ilmu yunani kuno karena kitab – kitab yunani
kuno telah di terjemahkan dan ada di perpustakaan Andalusia. Para ilmuan barat
belajar di madrasah – madrasah para ilmuan muslim. Namun, pada akhirnya mereka
para ilmuan barat melakukan pembelokan sejarah dan tidak mengakui bahwa islam
telah berkontribusi pada ilmu pengetahuan sekarang.
“Rusaknya sistem keluarga”, bahar menambahkan. Revolusi
industri membuat orang – orang sibuk bekerja, mereka bisa bekerja di dalam
pabrik selama 12 jam dalam sehari. Hal itulah yang kemudian membuat para orang
tidak lagi sempat mendidik anak mereka. Maka dibautlah sistem sekolah untuk
menitipkan pendidikan anak – anak para pekerja pabrik yang orientasinya untuk
mengisi pekerja – pekerja pabrik.
“ Keluarga yang kemudian tidak terurus mengakibatkan
tingginya tingkat perceraian, anak – anak korban broken home yang tidak
mendapat pendidikan yang baik pada akhirnya menjadi persoalan masyarakat”, Mbak
Yusfin mencoba memperdalam.
“Disisi lain, Revolusi industri dan sifat konsumtif
masyarakat yang berlebihan. Semua karena uang, sampai orang menjual kesehatan,
keluarga, demi uang. Lucunya kemudian mereka menghabiskan uang untuk berusaha
kembali memilikinya, keluarga dan kesehatan”, tambahnya.
“Sekarang, apa yang bisa kita lakukan dengan melihat fenomena
– fenomena tadi ?”, Mbak dian mencoba membawa diskusi ini lebih menukik lagi.
Dalam siroh kita temukan kisah tentang pemindahan kiblat,
dari baitul maqdis ke makkah. Kalau kita ibaratkan Baitul Maqdis adalah kiblat
darurat dan makkah adalah kiblat sesungguhnya. Maka sekarang kaum muslimin
sedang berkiblat ke Baitul maqdis, kiblat darurat. Sebab kiblat peradaban dan
ilmu pengetahuan sekarang adalah
peradaban barat dengan segala latar belakangnya yang trauma terhadap tuhan
dan agama. Dan umat muslim sedang berkiblat kesana dalam ilmu pengetahuan
modern. Sehingga perlu adanya pemindahan kiblat dari Baitul Maqdish ke Makkah,
memindahkan kiblat peradaban dari peradaban barat ke peradaban Baghdad.
Waktu menunjukan sudah mulai larut, semua camilan sudah habis
dan kopi tinggal endapannya. Sehingga diskusi harus segera selesai dengan
beberapa point – point penting yang lebih menukik dan implementatif meyambung
terkait pemindahan kiblat peradaban.
Kang Fajar memberikan pejelasan sekaligus closing steatment
“Pada intinya peradaban itu bangkit dan tumbang silih berganti (dipergilirkan).
Dahulu Islam pernah berjaya lebih dari 7 abad lamanya, kemudian tumbang oleh
rennaissance eropa, dan kini sudah saatnya kita rebut kembali masa depan itu. Dua
pilar utama perdaban Islam: Iman dan Ilmu. Dan kedua hal ini lah yang perlu
dimiliki dengan sangat baik oleh para engineer ataupun saintis muslim. Mmbangun
peradaban tidaklah cukup hanya perjuangan toa semata di jalan – jalan, atau pun
muktamar - muktamar di kota besar. Tapi perlu ada keterlibatan langsung juga
dari setiap individu muslim dalam pencapaiannya. Muslim sebagai satu kesatuan
tubuh, walau tubuh kita terpisahkan oleh jarak dan waktu, tapi kita punya visi
yang sama dengan para pendahulu kita. Menegakkan dakwah Tauhid, sehingga tidak
ada lagi fitnah di muka bumi ini”.
“Langkah yang bisa kita lakukan adalah Mulai dari diri
sendiri, Mulai dari yg trkecil. Dan Mulai dari sekarang juga, meminjam istilah
Aa Gym”, tambahnya.
Setelah itu, giliran Kang ilham menambahkan, “mungkin akan
lebih kalo iman dan ilmu yang sudah dimiliki itu terimplementasikan ke dalam
kehidupan sehingga menjadi akhlaq. insyaallah peradaban islam akan kembali”.
Diakhir sesi, Mbak Suci kemudian memberikan kata penutup
dengan mengambil kisah dari orang-orang Cina zaman kuno,”Dahulu, kalau mereka
ingin hidup dalam kondisi aman, mereka membangun tembok Cina yang sangat
besar. Mereka berkeyakinan tidak akan ada orang yang sanggup menerobosnya
karena tinggi sekali. Akan tetapi,100 tahun pertama setelah tembok selesai
dibangun, Cina terlibat tiga kali perperangan besar. Pada setiap kali
perperangan, angkatan darat musuh tidak butuh menghancurkan tembok atau
memanjatnya untuk menerobos masuk. Tapi cukup bagi mereka setiap kali perang
menyogok penjaga pintu gerbang, kemudian mereka masuk melalui pintu. Perhatian
orang Cina di zaman itu disibukkan dengan pembangunan tembok, tapi mereka lupa
membangun manusia. Membangun manusia seharusnya dilakukan sebelum membangun
apapun.
Dan itulah yang dibutuhkan oleh umat sekarang ini.
"Apabila anda ingin menghancurkan peradaban sebuah umat,
ada tiga cara untuk melakukannya:
1. Hancurkan tatanan keluarga.
2. Hancurkan pendidikan.
3. Hancurkan keteladanan dari orang-orang yang jadi panutan
dan ulama.
Untuk menghancurkan keluarga caranya dengan mengikis peranan
Ibu. Jadikan mereka malu menjalani peran sebagai Ibu rumah tangga. Untuk
menghancurkan pendidikan caranya; jangan jadikan para pendidik sebagai orang
yang penting dalam masyarakat. Kurangi penghargaan terhadap mereka,
hingga para pelajar meremehkannya.
Untuk menghancurkan keteladanan, rusak akhlak para ulama dan
orang-orang yang ditokohkan dalam masyarakat. Hingga tidak ada lagi orang
pintar yang patut dipercayai. Tidak ada orang yang mendengarkan perkataannya,
apalagi meneladani perbuatan dan sifatnya.
Apabila Ibu-Ibu rumah tangga yang punya kesadaran sudah
hilang, para guru yang ikhlas lenyap, dan para ulama panutan sudah sirna, maka
siapa lagi yang akan mendidik generasi dengan nilai-nilai luhur..?!?!"
Saat itulah kehancuran umat akan terjadi sekalipun tubuhnya
dibungkus oleh pakaian mewah, bernaung di bangunan nan megah dan dibawa dengan
kendaraan yang super wah.