Kisah#4 “Masih tentang menjaga kemuliaan diri”
Inilah seninya hidup. Kita tidak pernah bisa mengetahui
jalan pikiran orang. kadang kita berfikir sesuatu yang seharusnya orang itu
tidak melakukan yang ia kerjakan sekarang. Karena menurut pikiran kita hal itu
tidak rasional. Tapi inilah hidup. Semuanya memilih jalan masing-masing.
Seperti halnya mbok wati dan penjual kacang. Mereka memilih jalan hidup mereka
masing-masing. Dan pilihan jalan hidup itu adalah menjaga izzah diri dengan
tidak meminta belas kasihan orang dan berusaha dengan tangan mereka sendiri.
Salut pada mereka.
Namun, hal itu sangat kontas dengan apa yang kita sering
lihat selama ini. Di jalan-jalan, banyak ibu-ibu muda atau anak-anak kecil
menengadahkan tangan meminta-minta. Sungguh sangat ironi, tersayat hati ini
melihatnya. Rasanya ingin mengumpat mereka agar belajar pada mbok wati dan
penjual kacang yang ada dalam kisah sebelumnya. Mungkin akan sangat kontras
kalau kita bandingan dengan mereka yang usianya masih muda. Tapi kalau
sama-sama sudah di usia senja ? ternyata tetap beda cerita.
Ini adalah sisi lain kampus perjuangan ITS. Pagi itu masih
belum juga terik, kampus masih belum banyak mahasiswa. Sebagian mereka memang
sudah masuk pagi tadi dan sebagian besar masih nanti siang. Bagi yang menunggu,
banyak pilihan untuk sejenak belajar sebelum masuk kelas di tempat yang nyaman.
Seperti kursi depan himpunan, kursi luar perpustakaan atau di sekitar BAAK.
Semua itu adalah tempat banyak orang berkumpul melepas lelah atau bersemangat
melahap buku diktat kuliah. Tapi akan selalu ada yang beda.
Mungkin anda pernah mengalaminya, ketika sedang enak-enak
duduk dengan santai melepas lelah atu belajar. Tiba-tiba ada seorang nenek yang
menghampiri meja satu per satu. Apa yang dia lakukan?, bukan menawari jasa MLM,
bukan pula menawarkan dagangan. Meskipun membawa tas yang ia jinjing dan kertas
yang disodorkan ke meja-meja. Apa yang
ia lakukan ?. meminta belas kasihan kepada mereka yang sedang duduk. Berapa
yang ia dapat dari meminta-minta itu ?. saya yakin lebih banyak dari pada yang
didapat oleh Mbok Wati si penjual koran dan penjual kacang tadi. Apa yang anda
rasakan ketika melihatnya?, apa lagi anda telah membaca kisah mbok wati dan si
mbah penjual kacang.
Kalau dilihat dari usia, Mbok wati lebih sepuh dibandingkan dengannya. Kalau dari
segi kebugaran dan kekuatan, masih berbanding lurus dengan usia. Artinya mbok
wati dan mbok penjual kacang itu lebih tidak bugar dan segar dibandingan dengan
nenek tadi. Tapi antara mereka beda cara mensyukuri nikmat yang ada. Beda cara
memandang izzah diri. Namun, nenek itu lebih memilih meminta-minta dari pada
berusaha dengan tangan sendiri. Ya, itulah jalan hidup. Kalau mbok wati masih
bisa berbangga diri karrena tidak menjadi beban dari orang lain, entah apa yang
akan dibanggakan nenek itu nantinya.
Jika anda bertemu dengan nenek itu atau hal yang serupa,
maka berikan saja uang anda. Namun bukan semuanya. Atau kalaupun anda tidak
mengasihkan sebagian uang anda itu terserah anda. Tapi pemberian anda adalah
racun yang melumpuhkan kemuliaannya. Yang akan membuat nenek itu tidak berhenti
untuk meminta belas kasihan orang. bukan dengan usaha sendiri.
HARGAI MEREKA SEBANDING DENGAN USAHA MEREKA
0 comments:
Post a Comment