Ini adalah salah satu kisah tentang kegagalan ide besar karena tidak ada orang yang mendukung, tidak bisanya si inisiator menularkan gagasan perubahan, dan perjuangan underground bersama cacing – cacing tanah yang sub versify mengulingkan keadaan stagnan. “ don’t try this at home “. Biarkan ini menjadi catatan yang akan saya buka bersama kawan – kawan perjuangan Majlis Ta’lim Nurul Iman 2008 – 2009 ( semacam SKI ). Semoga kalian masih ingat kawan….^_^
“ antum sudah liqo’ ? “,
“ ana dah liqo’ di SMA, murabbinya akh ini,”
Pertanyaan itu yang dulu pernah saya dengar saat pertama masuk kampus. Iri rasanya ketika mendengar teman – teman dari sekolah SMA lain telah ada mentoring, liqo’, usrah atau apapun itu yang intinya adalah pembinaan kader Rohis, SKI atau yang lain. Hati ini seperti menangis mengenang kisah perjuangan mentoring untuk teman – teman MT Nurul Iman. Mengapa dari tidak diadakan yang seperti itu di SMA saya ?. tapi itualah realita yang ada, dan saya harus terima. Bahwa mentoring belum bisa di lakukan di SMA saya. Kecuali oleh gerakan – gerakan underground bersama cacaing yang tak tahan dengan keadaan seadanya. Dan saya yang menjadi ketua cacing – cacing itu..V^_^ (tenang kawan, generasi itu akan lahir kembali) . Melakukan mentoring underground dan siap – siap untuk di injak oleh orang – orang yang tak senang. Memang akhirnya terinjak juga. He…he….. mati juga cacaingnya.
Entah lupa kapan dan dari mana saya mendapatkan ide untuk membuat mentoring di MT Nurul Iman ( padahal di dunia lain sudah booming ). Tapi yang ini semua karena tidak tahannya saya melihat kondisi pengurusan Majlis Ta’lim yang banyak orang tapi sedikit yang aktif, kegiatan pembinaan kader muda yang monoton dan bersifat tidak memberdayakan pengurus yang berakibat tidak ada tangung jawab membina adik – adik kecuali mereka yang sadar. Sampai disini saya masih ingat selanjutnya tak tahu, pita perekamnya mbulet tak jelas. Hingga pad suatu hari saya curhat dengan seorang ikhwan guru TIK yang dulu memang pernah menjadi pengurus MT Nurul Iman. Setelah saya curhat dengan sedikti meneteskan air mata , beliau meyuruh saya untuk mengumpulkan anak – anak yang masih semangat dan aktif. Pertama saya tak paham apa maksud dari ini semua. Akhirnya sampai akhir pengurusan pun tak pernah terkumpul dan terbentuk. Hari – hari selanjutnya saya berfikir bagaimana caranya agar acara di MT Nurul Iman lebih dinamis dan menyenangkan, tak melulu kegiatan harus di masjid meskipun basis kita memang di masjid. Hingga pada suatu hari saya mendapatkansebuah buku yang kahirnya menjadi jawaban dari semuanya. Buku bagus dari ILNA YOSEN CANTER. Buku Mentoring 2. Buku itu memberikan inspirasi dan bagus tentang pembinaan yang selanjutnya inilah yang coba saya eksplore.
Pada syuro’ pengurus mulai saya lontarkan model yang sperti ada pada mentoring. Dimana adik – adik akan di kelompokan dan setiap kelompok akan mendapat dampingan dari senior/ pengurs yang akan memantau dan itu menjadi tanggung jawabnya. Sampai saat ini semuanya lancar. Semua sepakat dengan ide tersebut. Meskipun materi yang akan di berikan belum pernah terpikirkan. Sampai pada suatu saat saya bertemu buku GELIAT ( Generasi musLIm sejATi ), buku tutorial PAI ( Mentoring dari UPI ).
Awal dari bertemunya buku itupun secara tak sengaja dan sudah direnceanakan Allah untuk saya. Pada akhir desember ada program PPL dai mahasiswa STIKP PGRI Nganjuk. Dari sekian banyak mahasiswa yang ada, ada seorag akhwat yang mengajar bahasa Inggris, tapi bukan dikelas saya. Beliau ternyata adalah anggota komplotan Genk mas Aska, Aan, Gus Pur dkk ( ini nanti akan saya ceritakan di postingan selanjutnya ). Saat kelas bahasa Inggris di kelas ipa 3, mbak yang seharusnya ngisi ngajak temannya dan itulah adalah akhwat tadi. Beliau berkenalan, blb…bla…bla….., tapi saya malah asyik membuat kaligrafi nama saya dan kemudian di tanda tangai oleh arif ( anggota cacing underground juga ). Sampai saya cekikikan berdua dan di mintalah kertas berisi nama saya dan tanda tangan arif. Sejak itulah saya kenal beliau dan beliau kenal saya. Beliau kenal saya dari cerita Gur purba yang merupakan ketua gemilang. Ternyata namanya adalah mbak diani. Anggota FSLDK dari IKIP PGRI. Mulai dari bicara ringan masalah MT Nurul Iman sampai kisah motivasi dari mbaknya. Entah mengapa, begitu bertemu dengan beliau rasanya sudah kenal lama dan dekat, mungkin karena satu cita dalam dakwah ( bahasa kerenya ). Hingga akhirnya saya menceritakan kondisi di MT Nurul Iman, dan ujung – ujungnya keluarlah buku tutorial PAI yang beliau dapat dari acara PUSKOM DAY’S di UPI, dikempatan lain beliau meminjamkan buku Rekayasa LDK karya yusuf ardiansyah. Inilah yang selanjutnya menjadi panduan saya menyusun bahan materi buku pendampingan adik – adik junior dan system pendampingan yang akan kami buat.
Syuro’ membahas materi telah tersepakati dengan materi – materi utama seperti halnya yang ada di buku tutorial PAI UPI, selanjutnya tambahan. Silabusnya pun kami akan buat sendiri. Sehingga saya minta salah seorang akhwat yang memang sudah aktif di liqo’ bersama genk khilafah membantu ( inilah yang nanti menjadi masalah ). Setelah dua minggu silabus jadi dan siap di buat layoutnya.
Masalahnya ternyata belum selesai, pada syuro’ selanjutnya akhirnya saya lontarkan usulan aka nada juga pendampingan untuk senior, seperti arahan dari Gus Purba. Seperti halnya teko, kalau selalu di tuang dan tidak pernah di isi nantinya akan habis. Maka untuk mengisi itu perlu juga mentoring untuk senior/pengurus. Untuk yang ikhwan tidak masalah karena ada mas purba dan mas slamet yang siap megang yang merupakan alumni dari SMA 2. Untuk yang akhwat ternyata bermasalah, alumni yang sepaham tidak ada yang pulang. Ujung – unjungnya genk khilafah masuk di akhwat. Saya mencoba bersifat netral agar tidak kelihatan memihak dan lebih luwes. Namun ternyata itu adalah blunder besar yang berefek sampai sekarang.
Mulai ada kecurigaan dari Pembina tentang lingkaran yang selalu ada di masjid dengan ngobrol – ngobrol sama alumni. Membahas agama lagi,. Maklum moment itu sngat tepat karena pada saat itu pula ada kasus terorisme dengan pelaku seorang anak seumurah anak SMA. pertimbangan psikologis lebih menjadi alasan karena remaja masih labil sehinga mudah untuk di masuki ideologi apapun. Semua alaasan terlontar meskipun secara tidak langsung mengkritik apa yang kami lakukan dengan mentoring. hanya karena sensifitas tinggi semua alasan itu dapat dirasa dan memang tidak menginginkan adanya mentoring tersebut. Ternyata berita mentoring ini sampai juga ruang kepala sekolah. hingga ketika kami ingin melaksanakan pelatihan untuk adik - adik, semua pembicara yang akan mengisi menyetorkan CV agar semua terlihat "elegan".
“ antum sudah liqo’ ? “,
“ ana dah liqo’ di SMA, murabbinya akh ini,”
Pertanyaan itu yang dulu pernah saya dengar saat pertama masuk kampus. Iri rasanya ketika mendengar teman – teman dari sekolah SMA lain telah ada mentoring, liqo’, usrah atau apapun itu yang intinya adalah pembinaan kader Rohis, SKI atau yang lain. Hati ini seperti menangis mengenang kisah perjuangan mentoring untuk teman – teman MT Nurul Iman. Mengapa dari tidak diadakan yang seperti itu di SMA saya ?. tapi itualah realita yang ada, dan saya harus terima. Bahwa mentoring belum bisa di lakukan di SMA saya. Kecuali oleh gerakan – gerakan underground bersama cacaing yang tak tahan dengan keadaan seadanya. Dan saya yang menjadi ketua cacing – cacing itu..V^_^ (tenang kawan, generasi itu akan lahir kembali) . Melakukan mentoring underground dan siap – siap untuk di injak oleh orang – orang yang tak senang. Memang akhirnya terinjak juga. He…he….. mati juga cacaingnya.
Entah lupa kapan dan dari mana saya mendapatkan ide untuk membuat mentoring di MT Nurul Iman ( padahal di dunia lain sudah booming ). Tapi yang ini semua karena tidak tahannya saya melihat kondisi pengurusan Majlis Ta’lim yang banyak orang tapi sedikit yang aktif, kegiatan pembinaan kader muda yang monoton dan bersifat tidak memberdayakan pengurus yang berakibat tidak ada tangung jawab membina adik – adik kecuali mereka yang sadar. Sampai disini saya masih ingat selanjutnya tak tahu, pita perekamnya mbulet tak jelas. Hingga pad suatu hari saya curhat dengan seorang ikhwan guru TIK yang dulu memang pernah menjadi pengurus MT Nurul Iman. Setelah saya curhat dengan sedikti meneteskan air mata , beliau meyuruh saya untuk mengumpulkan anak – anak yang masih semangat dan aktif. Pertama saya tak paham apa maksud dari ini semua. Akhirnya sampai akhir pengurusan pun tak pernah terkumpul dan terbentuk. Hari – hari selanjutnya saya berfikir bagaimana caranya agar acara di MT Nurul Iman lebih dinamis dan menyenangkan, tak melulu kegiatan harus di masjid meskipun basis kita memang di masjid. Hingga pada suatu hari saya mendapatkansebuah buku yang kahirnya menjadi jawaban dari semuanya. Buku bagus dari ILNA YOSEN CANTER. Buku Mentoring 2. Buku itu memberikan inspirasi dan bagus tentang pembinaan yang selanjutnya inilah yang coba saya eksplore.
Pada syuro’ pengurus mulai saya lontarkan model yang sperti ada pada mentoring. Dimana adik – adik akan di kelompokan dan setiap kelompok akan mendapat dampingan dari senior/ pengurs yang akan memantau dan itu menjadi tanggung jawabnya. Sampai saat ini semuanya lancar. Semua sepakat dengan ide tersebut. Meskipun materi yang akan di berikan belum pernah terpikirkan. Sampai pada suatu saat saya bertemu buku GELIAT ( Generasi musLIm sejATi ), buku tutorial PAI ( Mentoring dari UPI ).
Awal dari bertemunya buku itupun secara tak sengaja dan sudah direnceanakan Allah untuk saya. Pada akhir desember ada program PPL dai mahasiswa STIKP PGRI Nganjuk. Dari sekian banyak mahasiswa yang ada, ada seorag akhwat yang mengajar bahasa Inggris, tapi bukan dikelas saya. Beliau ternyata adalah anggota komplotan Genk mas Aska, Aan, Gus Pur dkk ( ini nanti akan saya ceritakan di postingan selanjutnya ). Saat kelas bahasa Inggris di kelas ipa 3, mbak yang seharusnya ngisi ngajak temannya dan itulah adalah akhwat tadi. Beliau berkenalan, blb…bla…bla….., tapi saya malah asyik membuat kaligrafi nama saya dan kemudian di tanda tangai oleh arif ( anggota cacing underground juga ). Sampai saya cekikikan berdua dan di mintalah kertas berisi nama saya dan tanda tangan arif. Sejak itulah saya kenal beliau dan beliau kenal saya. Beliau kenal saya dari cerita Gur purba yang merupakan ketua gemilang. Ternyata namanya adalah mbak diani. Anggota FSLDK dari IKIP PGRI. Mulai dari bicara ringan masalah MT Nurul Iman sampai kisah motivasi dari mbaknya. Entah mengapa, begitu bertemu dengan beliau rasanya sudah kenal lama dan dekat, mungkin karena satu cita dalam dakwah ( bahasa kerenya ). Hingga akhirnya saya menceritakan kondisi di MT Nurul Iman, dan ujung – ujungnya keluarlah buku tutorial PAI yang beliau dapat dari acara PUSKOM DAY’S di UPI, dikempatan lain beliau meminjamkan buku Rekayasa LDK karya yusuf ardiansyah. Inilah yang selanjutnya menjadi panduan saya menyusun bahan materi buku pendampingan adik – adik junior dan system pendampingan yang akan kami buat.
Syuro’ membahas materi telah tersepakati dengan materi – materi utama seperti halnya yang ada di buku tutorial PAI UPI, selanjutnya tambahan. Silabusnya pun kami akan buat sendiri. Sehingga saya minta salah seorang akhwat yang memang sudah aktif di liqo’ bersama genk khilafah membantu ( inilah yang nanti menjadi masalah ). Setelah dua minggu silabus jadi dan siap di buat layoutnya.
Masalahnya ternyata belum selesai, pada syuro’ selanjutnya akhirnya saya lontarkan usulan aka nada juga pendampingan untuk senior, seperti arahan dari Gus Purba. Seperti halnya teko, kalau selalu di tuang dan tidak pernah di isi nantinya akan habis. Maka untuk mengisi itu perlu juga mentoring untuk senior/pengurus. Untuk yang ikhwan tidak masalah karena ada mas purba dan mas slamet yang siap megang yang merupakan alumni dari SMA 2. Untuk yang akhwat ternyata bermasalah, alumni yang sepaham tidak ada yang pulang. Ujung – unjungnya genk khilafah masuk di akhwat. Saya mencoba bersifat netral agar tidak kelihatan memihak dan lebih luwes. Namun ternyata itu adalah blunder besar yang berefek sampai sekarang.
Mulai ada kecurigaan dari Pembina tentang lingkaran yang selalu ada di masjid dengan ngobrol – ngobrol sama alumni. Membahas agama lagi,. Maklum moment itu sngat tepat karena pada saat itu pula ada kasus terorisme dengan pelaku seorang anak seumurah anak SMA. pertimbangan psikologis lebih menjadi alasan karena remaja masih labil sehinga mudah untuk di masuki ideologi apapun. Semua alaasan terlontar meskipun secara tidak langsung mengkritik apa yang kami lakukan dengan mentoring. hanya karena sensifitas tinggi semua alasan itu dapat dirasa dan memang tidak menginginkan adanya mentoring tersebut. Ternyata berita mentoring ini sampai juga ruang kepala sekolah. hingga ketika kami ingin melaksanakan pelatihan untuk adik - adik, semua pembicara yang akan mengisi menyetorkan CV agar semua terlihat "elegan".
Namun, bukan malah berhneti. tapi semakin konsolidasi, dengan adanya alumni SMA yang menjadi ajudan bupati Nganjuk dan berafiliasi pada gerakan ini cukup membawa angin segar akan berlanjutnya mentoring. alumni yang sudah di Nganjuk sudah kembali turun gunung untuk bersiap membina adik - adik SMA. hmmmm. sekali lagi, tidak semudah itu ternyata. malam itu adik kelas langsung mengirim sms yang menceritakan kejadian pada suatu sore itu, adik junior yang menjadi mentee di introgasi oleh pembina tentang apa yang telah meraka lakukan tadii, yaitu mentoring. sudah dapat di tebak bagaimana ujung atau hasilnya. peringatan keras dan sedikit mengintimidasi dengan bumbu yang tak mendewasakan pikiran yan gmenjadikan adik - adik akhirnya takut untuk memulai mentoring hingga akir pengurusan 2008 - 2009. memang tak dapat saya tutupi, kehadiran mentor yang tak dikehendaki memang sempat masuk dan menjadi blunder bagi saya. materi mentoring yang seolah - olah mendoktrin membuat adik - adik gerah. namun itu tidak lama hingga akhirnya ikhwah kami datang dengan nuansa baru. tapi sayang itu hanya sementara karena semua sudah ditakut - takuti. " Baru mau kuncup sudah di petik ".
Namun itu hanya terjadi pada adik2 akhwat, kami yang ikhwan tetap melakukan mentoring seperti biasa. Pemimpin gerakan underground dkk harus mentoring di luar agar tidak terinjak. Memang kami akhirnya tidak terinjak. saya dan beberapa kawan pengurus beserta ketua ekstra English Club dalam satu liqo' selamat dari injakan. ya, sudah dapat di pastikan, adik -adik calon penerus gerakan ini di basmi habis dengan ancaman yang sama dengan yang di terima oleh adik2 akhwat. Lingkaran itu pecah dan tak dapat bersatu lagi hingga akhirnya saya lulus dari SMA. tantang liqo'aan saya yang slamat dari injakan pun tak bertahan lama. kesibukan sekolah dan bimbel agar llulus UAN ditambah kesibukan mnetor yang merupakan guru SMK membuat lingkaran itu semakin mmudar dan tidak kelihatan warnanya.
Melihat kondisi yang sudah tidak memungkinkan lagi untuk melakukan mentoring, semua oengurus saya kumpulkan untuk segera membahas apa yang senearnya telah terjadi. memang selama ini tidak semua pengurus tahu akan maslah itu. pertemuan itu tak ada lagi gairahnya, suasana tidak mengenakan. ujung - ujungnya tangisan dari akhwat meramaikan syuro' siang itu. Semua mimpi itu menguap bersama panasnya kota nganjuk. Buku silabus yang telah di buat akhirnya tiadak terpakai, kerja keras selama itu seolah - olah sia - sia. mungkin mereka tidak tahu bagaimana kondisi saat ini dan mengapa akhirnya semua harus legowo menerima semua itu. Kalau mereka menangis saat syuro' itu, maka tentu saya lah orang yang pertama menangis saat semua kejadian yang mengiringi mentoring itu berujung dengan keruntuhan.
Namun, semua itu ada nilai yang sangat luar biasa. bagaima perjuangan nabi dan para sahabat dahulu lebih berat dari apa yang kami kerjakan. ini semua belum ada apa - apanya. Bahwa silaturahmi sangatlah penting menjaga hubunfan dan saling tabayun agar tidak ada kecurigaan. Bahwa mimpi perubahan tidaklah dapat di usung hanya oleh satu orang. semua komponen harus bervisi sama agar semua energi dan potensi yang ada dapat terpusatkan. Sehingga pada saatnya perlu ada generasi yang harus meneruskan perjuangan kita dan itu bukan terlahir begitu saja. melainkan dengan penciptaan. Hingga akhirnya saya yakin, Allah Pasti akan mendatangkan generasi - genaerasi setelah kami akan ada yang mewujudkan mimpi - mimpi ini, karena janji kemenangan islam adalah sebuah janji pasti..
0 comments:
Post a Comment