tak ( jadi ) meraih mimpi
mari berlari meraih mimpi
menggapai langit yang tinggi
jalani hari dengan berani
tegaskan suara hati
kuatkan diri dan janganlah kau ragu
tak kan ada yang hentikan langkahmu
Reff : ya..ya..kita kan terus berlari
ya..ya..tak kan berhenti di sini
ya..ya..larilah meraih mimpi
ya..ya..hingga nafas tlah berhenti
ku akan bertahan
hadapi rintangan
perlahan-lahan dan menang
jalani hari dengan berani
tegaskan suara hati
kuatkan diri dan janganlah kau ragu
tak kan ada yang hentikan langkahmu
tak ada yang tak mungkin’
bila kita yakin
pastilah engkau dapati
lagu itu kembali muncul dari chip memori yang sudah tersimpan tiga tahun lalu, Januari 2009 tertulis di folder itu sebagai penanda waktu penyimpanan file – file sepenggal perjalanan kisah SMA. Ya lagu ini akan selalu terkenang bagi kami, pengurus OSIS SMADA Nganjuk 2008 – 2009. Lagu yang membuat semangat dan pada waktu yang sama meremukkan hati. Hampir tiga minggu lagu itu menjadi favorit di sekretariat OSIS, poster grup bandnya pun tak ketinggalan terpasang di kaca samping pintu masuk sekretariat. Tapi ada yang berbeda di poster tersebut jika di lihat dari dekat, di bagian pojok poster tersebut terdapat lambang “ koko beluk “ SMADA yang bersanding dengan logo tujuh puluh bagi dua ( logo HUT SMA 2 Nganjuk ke – 36 ).
Inilah yang menjadi drama paling menarik yang akan diperankan oleh kawan – kawan pengurus OSIS 08 – 09. Pada klimaksnya adalah pengeluaran seluruh siswa yang menjadi anggota OSIS 08 – 09 dengan ending adalah sebuah acara “ seadanya” yang meriah dengan guyurah hujan, yang membuat hati ini bergetar dan mata memerah. Perjuangan itu….. tak akan kita lupakan. Zakaria, Oliv, Arda.
Sepert biasa, hajatan Hari Ulang Tahun sekolah selalu ingin dibuat semenarik mungkin, lebih bagus dari tahun sebelumnya, sebagai bukti bahwa ada peningkatan kualitas SDM dari pengurus OSIS. Dorongan itulah yang akhirnya membuat para pengurus berani Meraih mimpi untuk mendatangkan sebuah band papan atas negeri ini, dalam rangkaian acara HUT yang bertajuk Festival Band SMADA part 4. Setelah sebelumnya sukses mengadakan event Olimpiade, ngontel bareng dan beberapa acara besaar lainnya. Sebagai acara pamungkas tentu kami ingin member yang terbaik dan paling berkesan dalam sekjarah perayaan hari Ulang tahun Sekolah tercinta. SMADA. Nama yang muncul adalah J – Rock.
Optimisme muncul diawal dengan berhasilnya tiga kawan dan bersama Pembina OSIS Pak Marji bertemu tim manajemen J- Rock. Dan tahukah, Sudah tertulis dan tanggal dijadwal manggung J – Rock > Nganjuk- SMA 2 Nganjuk. Loby – loby terjadi dan deal dengan menyerahkan uang muka hasil dari kegiatan sebelumnya dan dana yang memang telah dianggarakan untuk festival band. Kabar dari Jakarta langsung menyebar ke seleruh sekolah dan nganjuk, kabar bahwa J – Rock akan datang ke Nganjuk. Semua tim sudah bersiap, Dana, Perizinan, Perlengkapan semua telah beriap menyamput untuk meraih mimpi bersama J – Rock.
Segala perhitungan dana sudah jalas, terperinci, sampai bendahara harus meluruskan rambut gara – gara rambut semakin keriting menghitung dana yang harus di keluarkan unuk acara ini. Dana sponsor harus sekian juta, uang yang ada sekarang sekian ratus ribu. Untuk pengeluaran keamanan sekian kompi sekian juta, sewa gedung sekian puluh juta, bla…bla….bla…, tak dapat saya mengikuti semua yang mereka omongkan. Semua yang dibicaran abstrak, dan kondisi sekarang hanya beberapa lembar uang ratusan yang ada ditangan. Memang semua sudah terbius mengejar mimpi datangkan J – Rock. Gila…. Tapi bukan SMADA kalau gak bisa mengerjakan hal – hal yang gila.
Keterbtasan dana tak menjadi halangan untuk mengadakan sebuah event besar, yang penting adalah semangat besar. Mungkin kata – kata itu yang menjejali otak kami semua. Seolah – olah semua sudah tersedia, padahal semua yang ada di otak kami adalah kebalikan dari apa yang ada di kenyataan. Realita yang tak selalu berjalan beriringan dengan angan, dan bahkan kenyataan membanting semua angan – angan. Sakit….. tapi senyum dan canda adalah obat yang paling mujarab yang memperingan rasa sakitnya. Satu hati, satu jiwa, satu OSIS SMADA adalah teriakan wajib disetiap akhir rapat sebagai pembakar hati yang sedang lemah. Satu OSIS SMADA.
Sore itu langit tidak lagi bersahabat bersama semua “ Pladen “ tujuh puluh bagi dua, langit meneteskan airnya seolah mengerti dan sedang member isyarat pada kami akan apa yang akan terjadi dalam beberapa hari kedepan. Sebuah babak konflik paling krusial yang pernah ada dalam masa SMA yang mungkin tidak semua siswa mengalaminya. Sore itu adalah saatnya publikasi ke warga nganjuk bahwa J – Rock akan segera “ sambaing “ ke kota bayu. Sebuah Bliho besar ukuran 5 x 3 meter sudah terpasang. Tak ada wajah yang kesedihan, keputus asaan diantara kami, meskipun dibawah guyuran hujan deras ditengah halaman depan sekolah. Semua senyum dan wajah optimisme selalu melekat. Kebersamaan itu mengubur keegoisan kami semua. Satu Jiwa, Satu SMADA.
“Satu…dua…..tiga… ayo tarik, awas – awas bambunya patah, yang kanan dibantu”.
“ Woe duah lurus belum..!!. “ yang kiri kurang ke bawah sedikit”.
“ ikatannya kurang kuat, jadinya kelihatan lesu..
” ayo turunkan lagi “
“ ayo, hamir jam 5 ini,. Mau tidur sini lagi tho ?”
“ angkat lagi “.
“ tunggu aba – aba, satu… dua…. Tiga…, angkat bersamaan biar gak patah “
“ tahan… ayo jalan..”
Teriakan itulah yang terdengar, meskipun bukan lulusan angkatan bersenjata atau diklat Security tapi teriakan itu tak kalah lantang. Juga teriakan itulah yang membawa baliho itu ke jalan raya depan sekolah, yang pasti semua orang – orang yang kan berpergian ke Nganjuk Kediri pasti akan melihat.
“ Woe…, turunkan “
“ Siapa yang suruh masang “
“ ojo ngono tho le, mosok gak ngajeni wong tuo “
Sontak suara itu membuat binggung semua anak yang sudah siap –siap mengikat kakai baliho ke tiang kabel Telkom. Meskipun tak ada petir, suara itu lebih dari petir. Mengiris hati menurunkan motivasi, menghapus imajinasi.
“ lho pak, gawe publikasi pak.” Anak - anak berkilah
“ wes.. didukne le..”
“ lho pak, d****. Wes abot – abot koq ngene “. Teriakan dari salah seorang kami yang mungkin sangat kesal karena usaha keras selama ini seperti tidak ada gunanya.
tapi itulah wakasek kesiswaan SMADA, atau gurauan kami biasanya menyebut dancuk ( Komandan Pucuk ). Orang yang paling akrab dengan siswa dan familiar dengan panggilan Herbog. Semua akhirnya tunduk dan tertunduk . meskipun langit sudah tak lagi hujan, tapi hujan itu sekarang berpindah di hati kami semua. Memang terdengar isu bahwa perijinan belum selesai dan ada sedikit masalah di pihak keamanan.
Keesokan harinya semua warga sekolah membicarakan masalah penurunan baliho kemarin sore, tidak dikalangan guru maupun siswa. Bahkan warga sekolah lain sudah tahu masalah itu. Segera pagi itu juga semua pengurus osis merapatkan barisan, memang trnyata semua masalah ada di perizinan. Tidak mendapat perizinan memakai gedung, berkaca kerusuhan konser music dalam gedung yang menewaskan banyak orang, dan polisi tidak bertanggung jawab akan keamanan. Permasalahan semakin komplek ketika opsi yang ditawarkannya pun harus mengadakan konser dilapangan terbuka. Konsekuensi adalah dana lebih besar dan pengaman yang belum terjamin. Belum juga isu tentang akan adanya kampanye terselubung, maklum minggu iu adalah masa tenang kampanye menjelang pilgub Nganjuk. Ha…… ha………..ha………
Semua opsi kemungkinan telah dilontarkan, menyewa Event Organizer untuk mengadakan acara ini, menyewa tim pengamanan tersendiri, kerja bareng J – R Star untukmengamankan sampai menyewa dukun agar pada saat konser berlangsung aman dan tida hujan. Gila…. Disaat tiga orang telah ke kantor Polres, kami yang di sekolah segera merancang agar koner tetap bisa berjalan.
Masalah perizinan belum juga usai karena tiga teman kami belum juga kembali dari pagi tadi. Sekarang masalah besar juga datang. Ultimatum dari kepala sekolah bahwa akan membubarkan OSIS dan mengeluarkan semua pengutus yang masih ngeyel akan mengadakan konser. Semua sudah panas, rapat tidak lagi kondusif karena yang ada adalah perpecahan antara yang tetap mendukung dan tidak. Tete air mata tak lagi keluar dari satu anak saja. Menangis sedih dan takut, karena tidak pernah ada masalah yang sepelik ini di kehidupan nyata. Semua telah mencapai klimaks, konflik tak hanya antar individu, sudah antar individu dan kelompok. Semua permaalah tak terselesaikan.
Tepat tengah hari ketiga teman kami kembali, bukan kabar gembira yang ada adalah tidak ada perubahan. Semua tak bergeming. Opsi lebih ngawur malah muncul, mereka minta ada yang menjadi jaminan salah seorang diantara kami, jika ada rusuh atau hal – hal yang tidak diinginkan dia akan mauk hotel prodeo. Siapa yang tak tambah gila jika opsinya semua seperti racun semua ?. gambaran akan kegagalan sudah Nampak, jelas uang yang ada tidak akan cukup untuk menggelar konser atau acara festival band. Pemabatalan kepada pihak J – Rock menghanguskan uang beberapa juta yang seharusnya cukup untuk mengadakan festival band se – eks karisidenan Kediri.
Namun, konflik ini segera menurun ketika kepala sekolah mengajak semua pengurus OSIS bersama wakasek kesiswaan dan Pembina osis untuk duduk bersama dalam satu forum dengan kepala dingin membahas semua permasalahan yang ada. Kekecewaan kepala sekolah terlihat dari gurat wajah dan setiap kata yang terucap.
“ Berapa dana yang ada di OSIS sekarang ?”
“uang yang masih disini, dibawa ini, sisa kegiatan ini dan itu”. Jawab bendahara OSIS yang sibuk membuka lembar – lembar catatan bendahara.
“ yang nyata sekarang berapa ?”, kepala sekolah coba mengulang pertanyaan.
“ee..eee…. ini ada sekian ratu ribu “.
“ ini ada uang sekian juta, silahkan digunakan. Tidak perlu tanya dari mana uang ini berasal. Saya tidak ingin terjadi tidak saling komunikasi antara pengurus dan Pembina osis maupun Wakasek keseiswaan”.
Semua pengurus hanya bisa tertunduk lesu, kami harus mejilat ludah kami sendiri. Semua mimpi itu sekarang sudah tak ada lagi. Meraih mimpi bersama J – Rock sudah tidak akan ada lagi. Semua poster dan atribut berbau J- Rock dihilangan. Sekolah dinetralisir dari semua yang berbau J- Rock.
Pada hari-H tidak ada J- Rock ataupun band kelas atas yang menjadi bintang tamu pada festival band SMADA part IV. Langitpun tak bersahabat lagi, hujan deras mengguyur bumi SMADA menjadikan lapangan basket seperti kolam dadakan. Semua harus turun tangan untuk menguras, oh.. tapi tetap dibawah guyuran dengan senyum dan canda tawa yang menghibur diri. Melepas mimpi bersama lepasnya enyuman puas meskipun dengan acara yang “ seadanya”.
kisah itu sekarang telah menjadi kenangan, sebuah cerita tentang perjuangan kita. Semua terangkai dalam episode tujuh puluh bagi dua. Bangga telah menjadi bagian dari sejarah dalam hajatan terbesar sekolah. Episode inilah yang akan menyatukan hati – hati yang rindu mengenang setiap langkah masa indah itu, OSIS SMADA 08 – 09. Satu hati Satu Jiwa Satu SMADA.
0 comments:
Post a Comment