Hidup ini ibarat sebuah perjalanan panjang menyusuri jalan yang tak tahu kapan kita akan sampai tujuan atau kita mati sebelum sampai tujuan. Jalan panjang yang melelahkan, menyusurinya pun penuh godaan. Nabi pernah mengambarkan dalam sebuah hadis tentang pejalanan manusia. Nabi membuat garis lurus panjang dan dibuat garis bengkok ke kanan dan kiri di sepanjang garis lurus tersebuit. Ya, itulah godaan dan ujian dari syaitan yang siap menggelincirkan manusia seperti halnya ketika iblis menggelincirkan adam dari surga. Jalan ini panjang dan kita tak akan pernah tahu, apakah kita masih di jalan yang lurus, sudah berada di jalan yang bengkok, atau masih di persimpangan. tapi yang pasti adalah jalan ini sangat panjang.
Kita ibarat seorang musafir yang sedang berkelana menuju suatu tempat yang telah dijanjikan kebenarannya, akhirat yang kekal abadi. Bekal ke-musafiran kita adalah keimanan yang Allah berikan semenjak kita dilepaskan dari rumah alam rahim. sehingga dalam perjalannya, musafir tidak akan takut akan kehabisan bekal, takut akan tersesat, apalagi bersedih hati.Namun, terkadang bekal kita akan menipis atau bahkan sampai kehabisan bekal dalam perjalannan. Sehingga kita perlu menambah bekal untuk melanjutkan perjalanan.
Jalan panjang ini bukanlah jalan indah tak berbatu, jalan mulus tanpa duri dan kerikil, bukan jalan yang penuh taburan bunga keindahan. Bukan, karena jalan ini adalah jalan panjang yang penuh cobaan dan ujian. Sehingga terkadang, langkah kaki ini sudah tidak sanggup untuk digerakkan. Sudah tak ada daya untuk sekedar berkeluh kesah. Bukan masalah bekal ini habis sehingga tak sanggup melanjutkan perjalanan. Tapi jiwa ini sudah terlalu lelah untuk menyusuri jalan panjang ini, dan jiwa ini ingin istirahat sejenak melepas kelelahan, sekedar mengusap peluh dan menghirup nafas baru kehidupan.
Sejenak mari kita renungkan kembali langkah perjalan hidup ini, perjalanan ini masih panjang. Pertanyaan besarnya adalah masihkah ada bekal untuk kita menyusuri jalan ini ?, sudahkah kita lelah untuk melangkahkan kaki menuju tujuan yang dijanjikan ?.
Untuk itu marilah kita Istirahat sejenak, berhenti di terminal perhentian tempat orang – orang besar dahulu beristirahat dalam perjalanannya mengarungi kehidupan yang panjang ini. Kita akan bertemu dengan orang – orang besar mulai dari Nabi sampai Ulama saat ini dalam terminal peristirahatan ini. Sebuah terminal peristirahatan untuk sekedar mengusap peluh, mengisi bekal ataupun menghirup udara segar. Inilah Terminal peristirahatan orang – orang besar itu, SHOLAT. “Yaa Bilal, arihna bi shalaah “, begitu kata Nabi. ‘Wahai Bilal, Istirahatkan kami dengan sholat.’ Begitulah Rasulullah mengistirahatkan diri dengan sholatnya.
Beristirahatlah disini….
Mengapa Rasullulah mengharapkan sholat sebagai tempat istirahat dalam mengarungi jalan kehidupan ini ?. Nabi mengajak kita untuk istirahat sejenak dari kesibukan keseharian, tugas – tugas yang setiap hari ada dengan sholat yang benar, khusyuk dan tulus menghadap Allah SWT. Sholat yang khusyu’ sebagaimana orang – orang yang beruntung seperti digambarkan oleh al – quran. “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, “. Sholat khusyu’ mengajarkan kita ketenangan lahir dan batin, ketenangan ini melapangkan kesempitan, menghilangkan kesedihan, mendatangkan kebahagian, serta ketenangan syaraf yang tegang dengan persoalan keseharian. Ketengangan mengajak kita untuk menikmati setiap helaan nafas, aliran darah, merasakan getaran jiwa untukmenghapad rabb, kesejukan batin itu terasa hingga ubun – ubun dingin dengan siraman kesejukan dingin tiupan ketenangan Illahi. Tak salah mengajak kita untuk istirahat dalam sholat, meletakkan beban dalam sibuknya kehidupan. Sehingga dia terus menanti akan singgahnya di terminal ini. orang yang menjadikan sholat sebagai kebun dan taman bunga, dimana ia mendapatkan ketenangan batin di dalamnya, kesejukan pandangan matanya, kenikmatan jiwa, peristirahatan yang menenangkan. "Orang seperti inilah yang selalu merindukan dan menantikan sholat. Mereka bukan saja mendapatkan pahala dari sholatnya tapi juga mendapat kedekatan dengan Allah swt yang lebih dari sekedar pahala", ujar Ibnul Qayyim.
Di terminal inilah kita mengurangi beban….
Dalam setiap langkah perjalanan ini sesungguhnya semakin berat beban kita, beban terus bertumpuk seiring jauhnya perjalanan yang kita tempuh, beban itu senantiasa terpikul pada pundak dan punggung yang semakin lelah. Beban itu bisa berupa amanah – amanah yang semakin besar untuk dipertanggung jawabkan. Beban itu juga berarti dosa yang semakin bertumpuk karena kemaksiatan yang kita perbuat dalam perjalanan ini, kekufuran dalam setiap langkah itu menambah besar beban disa yang kita pikul dengan pundak yang semakin lelah
Ya, di terminal peristirahatan ini kita akan mengurangi beban dosa ini, meletakkan dan meninggalkan dalam tempat sampah masa lalu. Dengan sholat inilah, dosa ini akan kita gugurkan. Sholat ini bagaikan air yang akan membersihkan kotoran kotoran, debu yang menempel dari jalan panjang yang telah kita lalui. Itulah yang disampaikan Ibnu Mas'ud saat menyampaikan hadits Rasulullah saw : "Kalian berbuat dosa, tapi kalian telah melakukan sholat subuh dan sholat itu membersihkannya. Kemudian kalian berbuat dosa, tapi jika kamu melakukan sholat zuhur, maka sholat itu membersihkannya. Kemudian kalian melakukan dosa lagi, tapi jika kalian melakukan sholat ashar maka sholat itu membersihkannya. Kemudian kalian berbuat dosa lagi, tapi jika kalian melakukan sholat maghrib, maka sholat itu membersihkannya. Kemudian kalian berbuat dosa lagi, tapi jika kalian melakukan sholat isya, sholat itu akan membersihkannya. Kemudian kalian tidur, tidak lagi dicatat dosa bagi kalian hingga kalian bangun" (H.R. Thabrani)
Gugurnya dosa itu bagaikan gugurnya daun dari ranting pohon yang sudah kering, Salman mengatakan, "ketika aku bersama Rasulullah di bawah sebuah pohon, Rasulullah saw mengambil ranting kering dan menggerak-gerakkannya sampai daun-daunnya berguguran. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya seorang muslim apabila ia berwudhu dan memperbaiki wudhunya, lalu dia sholat untuk lima waktu, maka kesalahannya berguguran sebagaimana daun-daun ini berguguran" (H.R Thabrani)"
Jatuhnya dosa itu bersama dengan ruku’ dan sujudnya kita menghadap Allah SWT. "Sesungguhnya seorang hamba ketika berdiri untuk sholat, maka didatangkan semua dosa-dosanya kemudian diletakkan ke atas pundaknya. Setiap kali dia ruku' dan sujud, maka dosa-dosa itu berjatuhan darinya" (H.R Thabrani, Baihaqi, dan Abu Na'im)
Saatnya kita menambah bekal perjalanan….
Ingatlah, bekal perjalan kita adalah iman. Karena bekal perjalanan ini adalah iman, maka bekal iman itu kadang dapat bertambah dan berkurang dalam perjalanan kita. Kadang iman kita diatas terkadang juga dibawah.
Di terminal inilah kita akan menambah bekal perjalanan ini, karena disinilah cinta ini akan disirami. Di sini lah kedekatan kita dengan Allah terasa, menghadapkan wajah dengan penuh pasrah mengharap kekuatan. "Hamba yang Paling dekat dengan Tuhannya adalah ketika dia sujud, maka perbanyaklah do'a" (H.R Muslim). Itulah titik terdekat kita kepada Allah swt.
Itulah sebabnya Rasulullah saw mengatakan, "Dijadikan kesejukan pandanganku dalam sholat". Hadits ini menandakan bahwa Rasul merasakan kesejukan pandangan, kenikmatan jiwa, hanya ketika melakukan sholat. Sama seperti sejuknya mata seseorang memandang pakaian orang yang ia kasihi, dan getar perasaan aman tenteram saat telah memasuki wilayah yang dirindu dan terlindung dari berbagai gangguan.
Wahai saudaraku…..
Beristirahatlah, berhentilah sejenak untuk menambah kekuatan untuk menumpuh perjalanan ini. Berhentilah di terminal pemberhentian ini, karena semuaakan engkau dapat. Beristirahatlah disini, karena semua orang – orang besar sebelum kita telah membuktikannya. Di terminal ini, semua kekuatan akan kembali. Berhenti sejenak untuk kembali menyusuri jalan perjuangan menuju ridho Illahi…
0 comments:
Post a Comment