Tak perlu berterimakasih untuk sebuah kewajiban
Pekerjaan tambahan saya setiap akhir ramadhan, terutama
saat tanggal 28 – 29 ramadhan adalah menjadi kurir amplop berisikan titipan
sejumlah amplop untuk diantarkan kepada orang yang tertera di amplop. Yaaa..
amplop berisi sejumlah uang yang diakad kan sebagai zakat mal yang dikalkulasi
dalam setahun dan dibagikan tiap ramadhan, juga infaq dan shodaqoh. Tugas saya
adalah mengantarkan uang tersebut dari rumah ke rumah dan tanpa menyebut dari
siapa kalau tidak ditanya. Kebetulan sekitar tempat tinggal saya tahun ini
tidak ada panitia pengumpulan zakat, apalagi LAZ yang memang bekerja focus menangani
masalah ZISWAF. Tulisan ini hanyalah sedikit pengalaman dari hasil mengetuk
pintu satu ke pintu yang lain.
Pasti kita sudah dapat menebak, bagaimana ekspresi orang
yang mendapat kiriman amplop dari muzzaki tersebut. Ada yang wajah berbinar
berucap Alhamdulillah dan berulang kali kata terimakasih. Memang tidak salah
sebenarnya dan memang seharusnya bersyukur kepada Allah dengan ucapan
Alhamdulillah. Namun untuk terimakasih?, yah, mungkin hanya untuk kepantasan
saja mereka yang menerima amplop itu berucap terimakasih, orang jawa
mengistilahkan abang – abange lambe. Kalaupun
tidak berucap terimakasih pun wajar dan orang yang memberi tidak perlu kesal
dengan sikap itu. Hmm, mungkin kebanyakan orang akan berfikir mengapa tidak
perlu mengucapkan terimakasih.
Mungkin kita perlu mengingat pesan kanjeng Nabi SAW
tentang setiap rezeki yang kita terima, “Bahwa disetiap rezeki yang kita terima
ada hak orang lain”. Perlu saya tegaskan HAK ORANG LAIN. Hak itu jika berupa
zakat sudah diatur siapa saja yang menjadi penerima HAK tersebut dalam 8
golongan, sedangkan untuk infaq dan shodaqoh lebih fleksibel. Sebab itu sudah
menjadi HAK orang lain, maka mau tidak mau, suka tidak suka, kita wajib
memberikan HAK itu. Jika kita tidak memberikannya, maka kita termasuk memakan
HAK orang lain dan anda lebih paham ancaman dari Nabi bagi para pemakan hak saudaranya.
Sehingga sah – sah saja jika orang yang menerima zakat,
infaq atau shodaqoh tidak mengucapkan
berterimakasih orang yang memberik Zakat, infaq atau shodaqoh.. lha wong itu sudah
hak mereka yang memang harus diterima. Mungkin itulah salah satu manfaat adanya
amil zakat, orang yang memberi dan menerima tidak perlu langsung bertemu
sehingga jika tidak mengucapkan terimakasih kepada pemberi tidak terjadi
kemarahan dan sebagainya. Meskipun saya juga kadang masih berfikir ulang jika
pada penyalurannya tidak sampai pada orang yang di sekitar tempat tinggal saya.
(lebih lengkapnya baca tulisan ini)
Padahal kalau kita merenung lebih jauh, keberadaan 8 golongan
penerima zakat adalah keuntungan bagi para muzzaki, yang tujuannya untuk
menyucikan harta – hartanya. Tapi jangan anda berfikir kalau koruptor akan suci
harta hasil korupsi dengan berzakat, beda hitungan itu. kembali lagi, kalau
kita merenung lebih jauh, coba bayangkan kalau para 8 golongan yang berhak
mendapatkan zakat itu menolak. Mau kita kasihkan kepada siapa ? atau sudah
tidak ada yang mau menerima zakat, bagaimana menyucikan harta kita?
Mungkin seharusnya orang yang mengucapkan berterimakasih
adalah para muzzaki, bukan mustaqiq. Dan kalau hanya mengeluarkan zakat atau
infaq dan shodaqoh sekedarnya saja, orang harusnya tidak perlu jumawa, lha
woang itu sudah kewajiban. Kewajiban itu hanya standar rendah saja. kebacut
kalau standar bawah tidak sampai. Maka jika anda mendapati orang tidak
mengucapkan terimakasih kepada anda atas pemberian zakat, infaq atau shodaqoh,
anda tidak perlu marah dan andalah seharusnya yang berterima kasih kepada
mereka. Sebab mereka telah mau membatu anda membersihkan harta dan jiwa anda.
0 comments:
Post a Comment