temaram cahaya ciptakan bayang buram
seolah memantulkan asa yang kelam
yang lama telah bersemayam
dalam gelap berawan
seolah memantulkan asa yang kelam
yang lama telah bersemayam
dalam gelap berawan
bayang itu kian sulit di lihat
yang membuat tak tertangkap
meski tangan ini berusaha meraih raih
tapi segalanya berakhir dengan....
yang membuat tak tertangkap
meski tangan ini berusaha meraih raih
tapi segalanya berakhir dengan....
Keindahan senja terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja.
Melihat parade awan jingga berlarian berkejaran saling mendahuli menuju ufuk
barat. Bersama mentari yang melambai mengucapkan salam perpisahan untuk tidak menunggu bertemu esok
hari. Saat lorong pupil tertembus seberkas cahaya, bayangan itu tertangkap
jelas dalam retina. Sosok yang sudah tak jelas lagi. Seperti baying-bayang yang
selalu mengikuti. Kenal, dekat sekali. itulah Siluet senja itu, bayangan hitam
yang selalu indah. Namun sayang, siluet indah itu hilang bersama dengan
tenggelamnya surya di ufuk barat. Belum sempat ku mengabadikannya.
Ingin ku ulangi, memandang siluet senja itu, meski hanya
sekejap. Meski tak tahu kapan itu. Semoga masih ada waktu, untuk kembali
memandang siluet senja itu. Karena semua ini soal waktu. Tinggal ku jalani.
Melewati gelapnya malam, menikmati sejuknya
pagi hari, dan Melawan Sengatan terik
panas matahari. Hingga akan ku dapati, dipenghujung sore dengan semilir angin senja bersama
siluet senja.
Siluet senja…
Mengapa kau menantikan
bintang dari langit,
Padahal bintang di
bumi jauh lebih terang
Bintang di langit
bersinar sebantar lalu sirna
Sementara bintang di
bumi tak pernah terbenam
(Rahasia maha indah karya Ibnu Athaillah)
0 comments:
Post a Comment