Latarbelakang Pemikiran
Ketika
membaca buku pergolakan pemikiran islam ahmad wahib, mungkin kita akan
terpesona dengan pemikiran-pemikiran islam yang “liar” dan kontorversial. Pemikiran-pemikiran
yang mungikn tidak banyak orang-orang memikirkan hal itu dan para ulama telah
lama sudah final akan keputusan itu, malah oleh ahmad wahib hal itu menjadi
bahan perdebatan dan studi sebagai peninjauan ulang atas ke-final-an pemikriran
tentamg itu. Banyak sekali Ahmad Wahib mengkritik alquran dan alhadits. Menuduh
Nabi Muhammad sebgai seorang pengarang Alquran, Alquran sebagai produk budaya,
islam sebagai objek penelitian dan sebagainaya. Banyak orang menganggap hal itu
merupakan kekrititsan Ahmad Wahib karena kecerdasannya dalam belajar islam
dengan bimbingan dari Romo katolik dan Lingkaran diskusi selama ini dia
lakukan.
Kalau
kita membaca sejarah pemikiran-pemikiran kontroversial tentang islam, maka kita
tidak akan terkejut dengan apa yang telah digagas oleh ahmad wahib dalam
catatan hariannya. Kita akan mengatakan bahwa Ahmad Wahib hanyalah seorang
pembeo dari pemikir-pemikir islam yang keliru di timur tengah sana dan juga
pemikir-pemikir orientalis di barat sana. Apa yang dipikirkan oleh Ahmad Wahib
adalah merangkum dari semua pemikiran-pemikran yang ada. Mulai dari Muhammad Shahrur dengan desakralisasi
Al-quran, Nasr Hamid Abu Zayed, Fazlur Rahman, Muhammad Arkoun, Hasan Hanâfi, Muhammad Abid
al-Jâbiri, Mahmûd Muhammad Ţoha, Abdullah Ahmed al-Na’îm, Sa’îd al-Asmâwi.
Dari dalam negeri sendiri, Ahmad Wahib juga terpengaruh dengan gagasan-gagasan kebebasan
berfikir yang pernah ditulis Ir. Soekarno yang juga telah terpengaruh oleh
pemikiran-pemikiran liberal timur tengah.
Ahmad Wahib yang mempunyai keluasan bacaan dan refrensi
buku-buku pemikiran filsafat semenjak aktif di lingkaran diskusi pemikiran
sangat mempengaruhi gaya berfikirnya. Semua buku pemikiran keislaman dibacanya
tanpa menyaring bagaimana benar atau salahnya. Bimbingan sang Romo juga sangat
berpengaruh dalam Hermeunitika dalam belajar Al-quran nya Ahmad Wahib. Sehingga
dalam menjawab pemikiran-pemikirannya pun sebnarnya kita tidak akan pernah
kesulitan dalam mencarinya, sebab dalam sepanjang sejarah pemikiran-pemikiran
nyeleneh itu, ada ulama-ulama shalafussholih yang dengan tegas memberikan
jawaban kebeneran islam yang haqiqi.
Shophisme
dan pengaruhnya dalam pemikiran Liberal
Shophism
diambildari kata “shopos” atau “shopia” artinya “wise” (bijaksana) atau wisdom
(Kebijaksanaan). Makna ini dikenal sejak homer dan digunakan untuk menjelaskan
seseorang yang memiliki keahlian dalam spesifikasi pengetahuan atau keahlian
(craft). Makna ini biasanya dianggap berasal dari “Tujuh Bijaksana Yunani” (
Greek Seven Sages) dari abad-7 dan ke-6 SM (seperti Solon dan Thales). Namun
kemudianpada abad-5 SM, “shopist” menunjukan pada satu kelas intelektual yang
berkeliling yang mengajarkan berbagai hal berpikir-spekulai tentang sumber
bahasa dan budaya. Dalam konteks Yunani, Shopist adalah kelompok aliran filsafat
Yunani tertentu, yang mengawali aliran folsafat socrates. Jadi seorang shopist
adalah orang yang meragukan bahwa statetmen-statetmen itu benar, atau orang
yang tampaknya hebat namun mengidap argumen-argumen yang keliru.
Shophisme
memiliki beberapa turunan aliran pemikiran yang sama salahnya dan sesatnya.
Antara lain adalah Relativisme, Skeptisme, Nihilisme. Relativisme Adalah sebuah paham tentang yang menolak adanya
kebenaran univversal (universal Truths), doktrin ini juga mengajarkan bahwa
disana tidak ada nilai yang memiliki kelebihan dari nilai-nilai lain. Semua
nilai sama(relative), tidak ada yang absolute. Agama tidak lagi berhak
mengklaim mempunyai kebenaran absolute, ia hanya dipahami sama dengan persepsi
manusia sendiri yang relatif itu. Oleh sebab itu ia mempunyai status yang
kurang lebih sama dengan filsafat. Dari epistimologi, doktrin relativisme
berpegang pada prinsip bahwa kebenaran itu sendiri adalah relatif terhadap
(tergantung pada) pendirian subyek yang menentukan. Relativisme juga dianggap
sebagai doktirn global tentnag semua ilmu pengetahuan. Dari sisi nilai
kebenaran, relativisme menolak kebenaran objektif. Skeptisisme adalah keragu-raguan, kesangsian, atau
ketidakpercayaan. Dalam skeptism ada yang adalah pendapat-nalar bukan ketetapan
yang sudah menjadi kesepakatan mutlak. Sifatnya selalu meragukan sesuatu
sembari mengkritik yang diragukan itu. Nihilisme
adalah saudara dekat dari relativisme. Tujuan dasarnya adalah “menggugat
agama”. Programnya adalah pengapusan nilai dan penggusuran tendensi yang
menggunakan otoritas. Hal ini dilakukan dengan mereduksi makna nilai yang
dijunjung tinggi dan nilai sebagai absolute oleh agama dan masyarakat.
Dari
penjelasan di atas, kita akan dapatkan beberapa tulisan pemikiran Ahmad Wahib
sangat kental dengan nilai relativisme, menolak kebenaran absolute, menggugat
otoritas kebenaran Al-quran. Skeptis terhadap kenabian Muhammad dalam maslah
kewahyuan dari Allah dan menganggap Alquran sebagai karangan Muhammad.
Apakah kalimat-kalimat dalam Al-quran itu
memang asli dari dari tuhan atau berasal dari nabi Muhammad sendiri (dengan
berdasar pada wahyu berupa “ispirasi sadar”) yang diterima dari Tuhan ?
Kalau yang pertama yang terjadi, maka
proses “ideation” akan sukar untuk dibenarkan, kata – kata tuhan itu mesti tertuju
pada seluruh ruang dan waktu baik harfiah maupun maknawi!.( hal 107, 9 april
1970)
Sebagian orang meminta agar saya berfikir
dalam batas tauhid, sebagai konklusi globalitas ajaran islam. Aneh, mengapa
berfikir hendak dibatasi . Apakah tuhan itu takut terhaap rasio yang diciptakan
oleh tuhan sendiri ? Saya percaya pada tuhan, tapi tuhan bukanlah daerah
terlarang bagi pemikiran. Tuhan ada bukan untuk tidak difikirkan “adanya”. Tuhan bersifat wujud bukan untuk kebal dari
sorotan kritik. Sesungguhnya orang yang mengakui ber-Tuhan, tapi menolak
berpikir bebas berarti menghina rasionalitas eksistensinya Tuhan. ( hal 23,
tanggal 9 maret 1969)