Ketika Srikandi Berpindah Hati
Kisah ini adalah saat terpuruknya seorang Arjuna Realita menjalani kisah percintaanya yang rumit dan kadang berujung tidak jelas dan menyakitakan. Permasalahan kondisi kemapanan adalah akar masalahnya. Dari titik itu, Arjuna Realita sudah ciut nyali untuk datang melamar Srikandi.
Alkisah, srikandi sudah lelah menunggu kedatangan seorang “ Arjuna realita “ yang memang sudah dekat sejak dipertemukan pertama kali saat masih duduk di bangku SMA. Tak ada yang mampu menolak akan kecantikan seorang srikandi. Cerdas iya, cantik iya, pintar ngaji, pandai masak pula. Maka ksatria mana yang tidak menginginkan permaisuri sekomplit srikandi. Sudah banyak ksatria yang datang ke rumahnya dengan mengendari kuda besi macam Tiger, Mega Pro, satria bahkan sampai avanza sudah pernah parkir untuk masuk dalam hati Srikandi. Srikandi tak bergeming sedikit pun, dia lebih memilih ksartia “ arjuna realita “ yang hanya menunggan bebek minthi 80-an. Pasti anda binggung mengapa Srikandi lebih memilih itu, padahal “Arjuna Realita “ adalah orang yang pas – pas an. Pas tidak cakep, pas gak kaya, pas juga belum kerja, pas Cuma hanya bisa minta orang tua.
Mungkin itu beda bab, soal kesenangan dan kemantapan hati. Begitu srikandi ucapkan kepada semua orang yang datang padanya. Keyakinan bahwa Arjuna Realita akan datang menyunting cintanya adalah pengokoh pondasi bangunan prinsip cintanya. Idealisme cinta yang hanya ada dalam cerita sinetron dan pewayangan dilakoni srikandi di teater kenyataan. Menanti cinta tulus Arjuna Realita bagaikan mendung di kota surabaya. Memberikan harapan kosong.
Kesetiaan Srikandi pun berbanding terbalik sepanjang garis waktu penantian, semakin jauh waktu bergulir semakin turun secara konstan. Faktor sang romo yang segera menginginkan dia duduk dipelaminan tidak segera dipenuhinya bersama arjuna Realita. Titik ketegeran cinta Srikandi diuji dengan datangnnya seorang “ komandan “ perang lulusan AKABRI. Bimbang. Tidak ada pilihan lain baginya untuk menolak kedatangan sang “ komandan “. Cinta yang dulu di depositokan untuk Arjuna realita kini harus di pindah kepada “ komandan “. Sesak memang, tapi tak ada pilihan.
Dalam sudut kamar sunyi persemedian, Arjuna Realita sudah tidak dapat memusatkan pikirannya untuk bersemedi. Pikirannya menggelayut terbawa terbang ke burung – burung yang membawa kabar akan datangnya lamaran komandan ke Srikandi. Semakin konsentrasi, yang ada adalah gambaran pelaminan Srikandi dengan sang “ Komandan “. Pupus sudah harapannya. Menangisi masa depan cintannya dengan Srikandi yang segera runtuh meskipun sekokoh tembok berlin. Dia tidak dapat menyalahkan Srikandi karena ketidaksetiaannya, karena itu adalah bukti kepatuhan kepada sang romo. Kesalahan yang ada adalah karena dia tidak segera datang melamarnya.
Kini hari – hari Arjuna Realita hanyalah hari – hari kosong, hampa tidak berarti apa – apa. Seolah sumber semangat itu sudah padam, obor hidupnya kehabisan minyak. Maka obor itu sekarang di hadapkan dengan pilihan, mencari minyak baru untuk tetap menyalakan apinya atau membakar dirinya agar sendiri. ( bersambung )
0 comments:
Post a Comment