“Jangan engkau kira sebuah kata yang keluar dari saudaramu yang mukmin adalah keburukan, sebab bisa jadi ia adalah kebaikan yang ditangguhkan untukmu”
(Umar bin Khatab r.a.)
Terkadang kita tidak adil dalam menilai orang lain, membela tanpa hujjah, membenci tanpa hujjah. Seharusnya kita memiliki hujjah kenapa harus mencintai, dan kita pun memiliki hujjah kenapa harus membenci. Agar kita selamat dari Mahkamah Allah SWT yang tiada satu orang pun mampu berdusta dan menutupi aibnya. Adil lebih dekat pada TAQWA.
Begitu juga sebaliknya, jika kita memberikan penilaian pada seseorang dengan predikat penuh kekurangan, banyak kesalahan, barangkali di sisi lain Allah swt telah membekalinya dengan serangkaian kelebihan, yang mungkin saja melampaui kelebihan-kelebihan yang ada dalam diri kita.
Di sebuah taman yang indah, akan kita temukan bunga-bunga dari jenis yang beragam, warna-warna yang berbeda, serta bentuk dan aroma yang sirami dari air hujan yang sama, disinari dari cahaya matahari ya berlainan. Bunga-bunga itu, meski tumbuh di atas tanah yang sama,, tetapi tak satupun yang sama. Bunga-bunga itu tumbuh beragam, dan agaman itulah yang telah menghadirkan keharmonisan. Keragaman itu pula y ternyata keragaman itulah yang telah menciptakan keindahan di taman itu. Kerang selalu memberi daya tarik kepada kita untuk selalu menikmatinya.Bukan hanya bunga-bunga, tapi juga Allah swt menciptakan manusia dengan keragaman bentuk badan, paras wajah, kepribadian. Semuanya tidak ada yang sama, sekali pun dua anak kembar yang lahir dari satu sel. Subhanallah. ada yang berparas ayu, manis, bahkan sangat cantik. Tetapi ada juga yang berwajah sedang, dan tidak ayu. Ada lelaki yang bertubuh besar, tinggi, kekar, atau gadis yang anggun dan tinggi semampai. Tetapiada juga yang kurus dan kerdil.
Kesalahan kita memahami orang lain, atau kesalahan orang lain memahami kita seringkali berawal dari kesalahan memahami latar belakang. Padahal, latar belakang punya peran membentuk pola piker, cara pandang, karakter, kepribadian dan pendirian seseorang. Perbedaan latar belakang ini sering membuat orang lain tidak mudah menerima kita. Perbedaan latar belakang kerap menjadikan sebuah maksud baik tidak berbalas. Kadang, perbedaan latar belakang menjadi penyebab lahirnya kebencian.
Disukai banyak orang tentu sebuah kenikmatan. Karena kita akan merasa nyaman, tenang dan aman bersama mereka. Bebas dari makarnya, jauh dari kebenciannya, dan dekat dari persahabatannya. Sebab itulah kita selalu berusaha menyenangkan hati setiap orang yang kita kenal atau yang tidak kita kenal; menjaga perilaku, ucapan, perasaan, sikap dan sifat yang tidak disukai.
Islam mengajarkan kita untuk juga bisa menerima, seperti ketika kita tertimpa musibah, dicaci, dikucilkan, dan dibenci. Penerimaan ini punya tujuan yang sama dengan ajaran yang bersifat anjuran maupun larangan; mendapatkan pahala, ampunan, dan kasih sayang dari Allah swt, serta pengurangan dosa dan kesalahan. Penerimaan itu maksudnya adalah menjalani sesuatu itu dengan ikhlas, sabar, dan tabah, dengan keyakinan bahwa Allah Maha Tahu tentang diri kita dan kualitas kita, tentang sesuatu yang disangkakan buruk oleh orang lian dari diri kita. Penerimaan itu adalah merelakan orang lain melakukan kebenciannya dengan tidak melakukan hal yang serupa kepada orang tersebut, dengan harapan mudah-mudahan kebencian itu dapat mengurangi kesalahan kita, menghapus sebagaian dosa-dosa kita, dan lebih dekat dengan Allah swt. Sebab, seperti dijelaskan Rasulullah saw bahwaseorang hamba yang terzhalimi tidak ada penghalang antara dirinya dengan Allah swt.
Kebencian orang lain pada kita membutuhkan penerimaan yang tulus , ikhlas dan sabar. Bukan penerimaan yang direkayasa. Bukan penerimaan yang sengaja diciptakan, dengan membuat kita agar kita mendapatkan kebaikan dari perlakukan buruk mereka. Bukan itu. Memadamkan apa benci tidaklah mudah. Karena itu, di hati kita harus selalu ada ruang yang tersedia untuk menerimanya. Tetapi yang lebih penting setelah itu, kebencian itu kita hapuskan dengan maaf, karena sikap itulah yang akan mengantarkan kita kepada surga-Nya Allah swt, seperti lelaki yang disebut Rasulullah saw sebagai ahli surga, yang ternyata terbiasa menghapus kebencian dari hatinya kepada siapa saja,sebelum ia tidur malam.
terimakasih untuk kebenciannya...
0 comments:
Post a Comment