maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya ( Qs. Asy syams : 8 )
sebuah
ungkapan menarik dari seorang sahabat ketika memperbincangkan tentang kebaikan
dan keburukan sifat manusia. Kemudian Sahabat ini mengatakan “ ibarat dua sisi
koin, kebaikan dan keburukan itu bagaikan sisi koin tersebut. Sisi kebaikan dan
sisi keburukan. Kalau koin itu kemudian dilempar, maka akan muncul satu sisi
saja. Tidak mungkin akan keluar kedua – duanya. Maka jelas, kalau tidak
kebaikan pada diri kita, maka keburukan. Tidak ada yang semu, abu – abu, jelas
tegas “. “ Maka ingatlah, kalau dirimu tidak disibukan dengan kebaikan, maka
sesungguhnya itu adalah keburukan “, tambahnya.
Sejenak
terdiam mencoba mencerna kata – kata orang ini. Mungkin ada benarnya tentang
semua itu. Memang pada hakikatnya pemanfaatan waktu, kalau tidak dibuat yang
bermanfaat pasti yang nyampah. Kalau gak kebaikan, ya kemaksiatan. Kalau gak
dibuat menginggat Allah, ya kelalaian. Tidak ada yang dipertengahan, separuh
baik, separuh buruk, karena pada dasarnya kebaikan tidak akan pernah bercampur dengan
keburukan.
Setelah
sama – sama terdiam dan hening sebentar dia melanjutkan. “ sesungguhnya ketika
diri kita pada keburukan, kemaksiatan, kemungkaran, maka pada waktu yang sama
keimanan itu telah tercabut dari diri seseorang. Sehingga ketika seseorang itu
meninggal pada saat dirinya melakukan kemaksiatan, maka pada saat itulah tidak
ada keimanan pada dirinya dan tidak ada surga pada dirinya. Misal orang itu
mati pada saat dia ditempat maksiat maka sudah menjadi kepastian kalau yang
terakhir itulah yang akan di hitung. Disis lain, jikalau orang itu mati dalam
keadaan kebaikan, beribadah maka sesungguhnya keimanan ada pada dirinya dan bau
surga ada pada dirinya”.
Memang hal
itu pernah aku dengar dari kajian seorang ustadz bahwa orang yang mati saat
melakukan maksiat maka amalan kemaksiatan itu adalah amal terakhir. Sebailknya,
jika seseorang itu meninggal pada saat aa kebaikan pada dirinya maka surga adalah
jaminannya. Jikalau orang itu mati dan dipenghujung hidupnya mengucapkan “
laillahaillah “ maka surga tempatnya “. Kemudian sahabat saya melanjutkan “
tapi jangan pernah berfikir, sekarang sampeyan bermaksiat dulu sepuasnya, muda
foya – foya, tua kaya raya, mati masuk surga dengan kalimat tauhid. Tidak akan
bisa. PASTI. Hal ini disebabkan ujung kematian seseorang adalah gambaran dari
sebuah aktifitas kebiasaannya sehari – hari. Kau pasti masih ingat kalau
kematian itu sangat menyakitkan sampai rasulullah pun merasakannya. Bagai
ditusuk tujuh puluh pedang. Disaat itulah refleks keseharian kita ketika
terkena musibah entah sakit atau yang lain akan keluar “.
“ maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
kefasikan dan ketakwaanny. sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. dan sesungguhnya merugilah orang
yang mengotorinya ( Qs. Asy syam “ 8 – 10 )
Maka
masihkah kita akan mengotori diri kita dengan kemaksiatan dan kedzaliman ?
Tahukah
engkau kenapa orang tidak akan pernah diberi tahu kapan dia meninggal ?
0 comments:
Post a Comment